Sabtu, 05 Mei 2012

THE WINGS OF LOVE


THE WINGS OF LOVE
Casts:
Lee Min ho aka Kim Min Ho
YOU aka Yeon Jin eun
L Infinite aka Myung so
Kim so eun aka Kim Hyun Ah
Leeteuk SuJu ( Park Jung So) aka Soo Won (Su Won)
Cameo:
Lee Joon MBLAQ aka Piter
Jin Woon 2AM akan Byung Joon
Lee Ki Kwang BEAST  aka Ki kwang  
Park Yoo Hwan aka Geyol
Rating : General
Length: ----
Genre: Alternative Universe
Author : Leedinie aka Dinie Isnaeni


Annyeong ^^ ini ff dengan judul baru :) mudah-mudahan bisa menghibur.. dan para readers ku senang. Pow.. 

oke lah tanpa ba bbi bu  lagi... cekidott 

STOP PLAGIATOR!!
DILARANG KERAS MENGUNDUH DATA IDE CERITA TANPA SE-IZIN PENULIS!


PART 1

Seorang wanita dengan seragam SMA berdiri di depan rumah yang sederhana dengan lebar pintu gerbang tak lebih dari  dua meter setengah. Pintu itu masih tertutup. Wanita berambut se-bahu dengan bando lolipop berwarna putih, masih berdiri di sana. Dia menunggu seseorang menjawab teleponnya. Dari balik bunyi prontal yang dia dengar sebuah harapan tersaji dalam benaknya. “Aboji (Ayah).. aku mohon angkat teleponnya. Aboji…” Air mata yang jernih itu kemudian menetes dari pelupuk mata hingga jatuh pada tanah. Dadanya sesak, tak kuasa menahan rasa sedih yang membuncah hingga ulu hatinya.

Tangan itu terjatuh lemas, dengan ponsel masih di genggam. Tubuhnya yang tak begitu tinggi dengan tubuh yang jauh dari ideal. Anak perempuan hasil pernikahan dua negara yang nampak sangat asia. Dengan campuran Korea dan Indonesia. Kulitnya putih dengan mata bulat hitam bening. Rambut lurus hitam dengan garis alis yang tegas. bibir tipis warna merah mudanya bergetar kemudian , saat dia menyentuh pintu pagar rumah.

Suara berderit yang sangat khas dan sama. Keluar dari gesekan besi yang sudah tua. Pintu itu terbuka lebar. Dan anak itu melihat ke sekitar.

“Aku tidak pernah bisa berpikir, jika akhir dari keluarga ku seperti ini. Kenangan indah hanya jadi sebuah kenangan. Yang bisa ku kenang tanpa bisa ku jamah lagi. Semua tinggal bayangan yang tak ada artinya, saat waktu berjalan hingga semua tertelan. Ayah… ibu… Aku tak tahu apakah aku akan bisa terus mengingat bayangan itu, meski waktu menelan semua ingatanku.”

Matanya berkata dengan bayangan yang nampak di balik taman yang dulu terlihat segar nan indah. Bunga yang bermekaran, dan keluarga yang penuh kehangatan. Tergambar tengah bercengkerama di sana.

***

Hari itu setelah dia melihat rumah semasa kecilnya. Anak itu pergi menemui seseorang di sebuah kedai kopi dekat pertokoan di kawasan Kangnan.

Seorang pria dengan jas rapih membawa tas penuh kertas. Dia menghampirinya yang duduk menunggu seraya meneguk kopi moccacino.
“Apa kau sudah menunggu lama?”
“Ah.. ani (tidak). Silahkan duduk!”
“Ne.. Kamsahamnida (Ya.. terima kasih)”
Keduanya berbicara serius. Setelah lima belas menit berdiskusi.
“Baiklah.. Kim Hye Jin. Silahkan kau beri stempel di sini!” Seru-nya sambil menunjukkan sebuah kolom di ujung paling bawah kertas yang disodorkan pria tadi.

Tanpa ragu Jin langsung menempelkan stempel miliknya.
“Baiklah, aku akan segera mengurus rumah itu. Dan kau bisa mengambil uangnya hari ini juga.”
“Ye.. kamsahamnida.” Jin membungkukan tubuhnya, dan memberi salam.

***

“Yerobun Annyeong haseyo??? (Hallo apa kabar semua?) Hari ini aku akan membawakan sebuah lagu untuk kalian semua. Beri tepuk tangan!!”

Tepuk tangan pun terdengar riuh diantara kerumunan orang di pinggir jalan. Seorang pria menyanyikan sebuah lagu dengan iringan band. Kumpulan pria-pria yang mahir mengolah nada dan musik hingga menghasilkan sebuah karya yang indah untuk di dengar.

Jin yang berjalan pulang menghentikan langkahnya. Dengan tangan yang mengayun tanpa tenaga dia melihat sebuah pertunjukan jalanan yang tak kalah menarik dengan penampilan artis di televisi. Pria tampan itu bernyanyi dengan hati. Kata demi kata keluar dari mulutnya seolah bicara.
“Jangan kau bilang kau sendiri meski waktu telah berhenti nanti
Aku berada di sini… karena aku berada di sini..
Jangan menangis lagi karena senyummu lebih indah
Bahkan hangat mentari  tak bisa mengalahkannya
Berjanji padaku jangan menangis
Hidup memang sulit dan rumit
Tapi aku akan menggenggam tanganmu
Dan aku akan membuatmu lebih baik
Jika kau mau akan ku peluk kau hingga kau merasa tenang
Jangan kau bilang kau sendiri meski waktu telah berhenti nanti
Karena aku berada di sini.. di sini bersamamu….”

Mata Jin berkedip pelan. Masih menatap dan menghayati lagu itu. Tanpa disadari ponselnya berdering dan dia terlihat kaget. Kemudian Jin melihat sebuah nama di layar. “휸아 (Hyun Ah)”

“Yoboseyo? (Hallo)”
“Ya Jin…. Kau di mana? Apakah kau bisa datang ke rumahku sekarang? ayah dan ibuku sedang tidak ada di rumah. Aku takut.”
“Ah… Ne (Iya) aku segera kesana.”
Sebelum dia pergi dia melihat sekali lagi penampilan group itu. Dan kemudian beranjak pergi hingga menyeruak dari kerumunan orang-orang.

***

Jin sampai di rumah Hyun Ah. Dia menekan tombol bel di pintu depan. Sekitar satu menit menuggu jawaban.
“Nuguseyo? (siapa itu?)”  tanya Hyun dari balik layar yang tertempel di dalam rumah.
“Ini aku..” Jin menjawab.
“Ah… ne..”

Suara berderit alrem pintu terbuka. Hyun Ah datang menghampiri, dia langsung memeluk erat Jin yang masih berdiri di depan pintu.

“Untung lah kau datang. Aku tidak bisa tidur Jin. Kau mau kan menginap di rumahku?” Dia merengek dengan gaya ke kanak-anakkan.
“Ne…” Jin mengangguk sambi tersenyum. Tak terlihat lagi raut kesedihan di wajahnya, dia hanya menunjukan jika kini aku baik-baik saja.

Mereka pergi ke dalam. Jin duduk di ruang tengah sedangkan Hyun Ah pergi kedapur.
“Jin.. kau mau minum apa?” teriaknya dari dapur.
“Apa saja.” Balas Jin dengan suara nyaring.
“Tara!! Ini dia jus stowbarry.. kau suka kan?”
“Ne… aku suka suka sekali.. Gomapta Hyun Ah..” Jin mendekat pada Hyun ah dan mencubit pipi kawannya itu.
“Ya hentikan!”
“Ah Hyun.. aku ingin ke belakang.. perutku..”
“Weyo?? (Kenapa?) perutmu kenapa? Ya.. ya… ayo cepat ke kamar mandi.” Hyun ah panik melihat Jin yang tiba-tiba sakit perut. Dia langsung mendorong Jin masuk kamar mandi.

Jin melepas rasa sakitnya, dan mengeluarkanya hingga terasa lega. Saat dia akan membersihkan klosetnya. Seseorang keluar dari balik tirai kamar mandi. Pria tinggi tegap dengan tubuh atletis.. dia hanya menggunakan handuk dan keluar dari balik bilik mandi. Sontak Jin menjerit saat pria itu mendapati Jin duduk di atas kloset.

Tangan Jin menutup matanya. jari tangan yang renggang menenpel itu melihat sebagian pemandangan di hadapannya. Pria di sebrang sana juga ikut menjerit dan menutup bagian dadanya.

“Keluar……” Jin berteriak keras. Hyun ah sampai kaget dan mendekat ke kamar mandi.
“Jin ya… Jin ya… Gwencana? (kau baik-baik saja?) Jin ya…” Hyun ah menggedor pintu kamar mandi. Dengan cepat pria itu keluar dan membuat Hyun ah terjatuh karena dorongan pintu.
“Aw….” Hyun merintih…
“Oppa… No!! (kakak kamu!!) kenapa kau bisa ada di dalam?” Hyun ah terkaget saat kakanya keluar dari kamar mandi yang sama dengan Jin.
“Ya!! kenapa dia bisa masuk kedalam? Aku kan lagi mandi.”
“Mwo? Kau sedang mandi?” mata Hyun ah membulat.
“ya.. aku sedang mandi. Urus dia! Tadi aku  tidak sengaja melihat dia sedang..” belum usai ucapannya, dia segera pergi ke kamar dan berganti pakaian.
“Mwo?? (apa?) melihat?? Melihat apa??” Hyun ah bangun dan pergi menuju kamar mandi. Dia melihat Jin tengah mencuci tangannya. Matanya sembab, dengan kantung mata menghitam, dan bibir bergetar. Air matanya juga tidak henti terlihat keluar.
“Jin.. kau tidak apa-apa?”
“kenapa kau tidak bilang jika ada kakakmu di sini? Hah???”
“a…aku tidak tahu jika dia akan menginap di rumah malam ini. Apakah tadi oppa melihat sesuatu?”
“Hyun ah.. hikss hikkss hiksss..” Jin kembali menangis mengingat kejadian tadi.

***

Min oppa bergerutu sendiri di kamar sembari memakai piama. Setelah itu dia merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Ukuran king size yang empuk.
“Kenapa dia bisa masuk? Untung tadi aku sudah selesai, jika tidak? Bisa hancur semuanya.” ungkapnya, kemudian dia memalingkan tubuhnya dan memeluk guling yang berada di sampingnya.

***
Di tempat lain segerombolan pria yang tadi membuat show cast di pinggir jalan bertepuk tangan, dan saling melakukan tos satu sama lain. Mereka tersenyum bahagia karena pertunjukan malam ini berjalan sukses.
“Haahahaha… aku tidak menyangka jika banyak orang menaruh perhatian pada kita.”
“Suaramu memang bagus.” Tungkas pemain drum, dengan rambutnya yang sedikit ikal.
“Ah.. aniya.. ini adalah kerja keras kita semua. Ya, bagaimana jika kita pergi ke kedai untuk makan ramyun dan soju?” Ujar Myung So, sang vokalis yang charming.
“Ah.. ide yang bagus… ayo kita pergi.”
Mereka pergi setelah selesai membereskan peralatan bandnya. Pergi dengan mini van putih. Tak begitu lama, mereka sampai di sebuah kedai. Byung si gitaris sekaligus pemilik mini van dengan kaki panjangnya dengan khusus mentraktir satu groupnya..
“Yayayayaya…. Setan apa yang membuatmu mengeluarkan uang untuk memberi kami makan?” Celoteh Myung So.
Yang lain tertawa melihat tingkah Myung So. Kemudian Byung menjawab, “Pesan sesuka kalian!”
“Jika aku memesan semau ku, apakah kau masih yakin akan membayar semua makanannya?” Gyeol berulah dengan tawa yang menghias pipi bakwaunya.
“Hahaha… ya hari ini dewa kebaikan sedang menghantuiku jadi nikmati dan makan yang baik! Hahahahah…”
Lima pria itu saling bersulang, merayakan keberhasilan pertunjukan malam ini. Myung so terlihat bahagia. Begitu juga keempat temannya. Bahkan senyum mereka tak henti merekah di pipi yang semakin memerah.

***
Pagi cerah datang. Jin bangun pagi sekali, dia sedang ada dapur dan menyiapkan sarapan untuk Hyun ah juga Min oppa. Rambutnya di kuncir, celemek dengan motif bunga melekat di dadanya. Baju lengannya di lipat hingga sikut. Dia sangat cekatan, mencoba masakannya, dan melanjutkan dengan mencuci piring.

Langkah kaki, dengan suara sendal yang terseret terdengar khas. Mendekat padanya, dan pintu lemari es terbuka.

“Annyeong Achimnika! (selamat pagi).” Jin menoleh dan menatap Min oppa.
Min oppa tak menggubris. Dia sibuk dengan gelas dan satu botol air mineral yang dia ambil dari lemari es tadi.
“Makan dulu!” seru Jin kemudian setelah Min oppa selesai meminum air itu hingga tandas.
Dia diam sebentar dan melangkah pergi. Saat langkah ke lima,
“Ya….” Jin berteriak, dan Min oppa menghentikan langkahnya.
“Kenapa kau berubah dingin padaku? Apa salah ku? Katakan oppa!” Jin terlihat sendu.
Min oppa, hanya menutup matanya sebentar dan berlalu.
“OPPAA….”
“Cepat pergi ke sekolah!” akhirnya Min mengatakan sesuatu. Jin tercengan tak percaya.

Dia mematung di sana. Dan sup yang dimasaknya sudah mendidih dan hampir membludak keluar. Hyun ah berlari dari kamar mandi.
“Ya Jin….” Ujarnya setelah mematikan kompor.
“Ya?” Jin kebingungan dengan wajah polosnya.
“Mwo?? Apa yang yang kau pikirkan? Apa kau tidak mencium sesuatu?”
“Mwoya?” Jin mendengus dan …
“Aigoooo….” Dia segera menuju ke kompornya tadi.
“Aku sudah mematikannya. Jin, apa kau baik-baik saja?” Hyun ah menyelisik wajah Jin.
“Ne…” Jawabnya gugup.

***

Hari ini adalah hari terakhir belajar produktif. Dan minggu depan semua siswa akan melaksanakan ujian ke lulusan. Termasuk Jin dan juga Hyun ah.
“Jin.. aku sangat gugup.. bagaimana denganmu?” Tanya Hyun ah sambil menelusuri koridor sekolah.
“Nado (aku juga).”
“Pegang ini!! Bukankah dadaku berdegup kencang?” Serunya sambil mengambil tangan Jin dan meletakannya di dada sebelah kirinya.
Jin hanya tersenyum, dan berkata. “Kita akan segera jadi mahasiswa dan meninggalkan semua seragam. Itu bagus bukan?”
“Ya.. itu bagus ^^ , tapi aku aku …. Pasti akan merindukan semua ini.”
“Aku juga. Tapi ini lah hidup, semuanya pasti akan ada akhirnya. Hyun ah….”
“Ne?”
“Jika nanti aku tidak bersamaku lagi, dan kau pergi jauh dariku. Apakah kau masih mau menjadi temanku?”
“Weyo?? Kenapa kau bertanya begitu? Jin ya… kau adalah temanku dan akan tetap menjadi temanku. Jadi jangan menanyakan hal itu lagi. Arra?”
“Ne.. Arrasoyeo ^^” Kedunya tersenyum dan saling menatap. 

TBC

Bagaimana? kentang bukan?? hahah mianhae.. tapi jangan lupa komen ya. jangan jadi pembaca rahasia .. wkwwkwk... 
kritik dan sarannya.. di tampung Kamsahamnida ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar