INTERMEZO
Main
cast::
Lee Min Ho
Goo Hye Sun
EunHyuk
Joong Ill Woo
Kim Beom
Moon Geun Yeong
Rate :: Other tapi (RBO) ^^
Length: ----
Genre: Drama,
Fantasi, Romance, Komedi.
Authour:: leedine
aka dinie isnaeni
Part 2
Hari ini Kim Beom, Hyuk, Min ho, dan Ill woo. Sibuk bersiap,
membereskan pakaian, dan perlengkapan liburan mereka. Min ho yang satu kamar
dengan Kim Beom sedang kerepotan mencari saputangan kesayangannya. Dia tak bisa
pergi jika saputangan itu sampai hilang.
“Min ho, ayo cepat! Hyuk sudah menuggu
di luar.” Seru Beom sambil menggendong ranselnya.
“Sebentar aku masih mencari
saputanganku.” Ujarnya sambil sibuk mengobrak-abrik laci hingga lemari bahka, lemari Beom kena juga.
“Ya!! apa yang kau lakukan? Jangan menyentuh lemariku!” Beom
yang panik langsung menghalangi Min ho, dan berdiri dengan tangan terlentang.
Tubuhnya benar-benar berhasil menutupi pintu lemarinya.
“Minggir sebentar! Aku
ingin melihatnya, barangkali masuk kelemarimu.” Dia berusaha menyingkirkan
Beom.
“Bagaimana bisa masuk kelemariku? Kau yang selalu membawanya. Untuk apa
aku menyimpan jimat bau itu?” Ungkapnya kesal karena Min ho terus saja memaksa.
“Mwo?? Mwoyeo?” Min ho seolah tak percaya mendengar kalimat
itu keluar dari mulut Beom yang pendiam dan tak banyak bicara.
“Apa kau sedang
memarahiku? Atau kau sedang menghinaku?” lanjutnya.
Melihat ekspresi wajah Min ho yang berubah total saat dia
berkata demikian, membuat Beom menjadi merasa bersalah. Dia menurunkan tanganya
, “Aniya.. Min ho. Aku tidak bermaksud seperti itu.”
“Sudahlah. Kau tak tahu
kenapa aku sangat menyanyagi saputangan itu kan? Jadi kau tidak perlu merasa
bersalah. Pergilah duluan, aku akan menyusul nanti. Berikan alamatnya jika kau
sudah sampai.” Min ho pergi dari hadapan Beom dan melanjutkan pencariannya.
“Min ho-ya… apa aku terlalu kasar padamu? Aku minta maaf.” Ujarnya dengan suara
sedang dengan leher memanjang seolah ingin meraih pendengaran Min ho yang mulai
berjalan menjauh.
Kini Min ho berjalan menuju ruang tamu dan dilanjutkan ke
dapur.
“Kau dan siapapun mungkin akan menganggapku gila. Karena sapu tangan
yang kalian sebut jimat bau itu. Jika bagi kalian itu hanya jimat bau, bagiku
lebih.” Wajahnya berubah sendu dengan mata berkaca-kaca.
Kini dia teringat akan kenangan dibalik sapu tangan ‘jimat
bau’ berwarna merah marun dengan motif
bungan di sudutnya.
*
Saat kecil Min ho berlari dengan cepat dan berhasil menjadi
juara pertama dalam perlombaan tahunan sekolahnya. Dia sangat pintar matematika
juga olahraga. Kakinya yang panjang membuat dia mudah melangkah dengan cepat.
Saat musim panas di tahun ke empat saat dia duduk di sekolah
dasar. Sang ibu dengan setia dan bersemangat duduk diantara kursi penonton yang
disediakan sekolah. Tangannya tak henti mengepal dan berkata. “Min ho ayo cepat
lari!! Lebih cepat!!” dia terlihat sangat cantik dengan rambut panjang yang di
ikat dengan jepitan ke belakang.
Dengan sekuat tenanga dia berlari lebih cepat. Yang ada
dipikirannya adalah aku harus menang aku harus menang. Matanya terpejam sesaat,
hingga dia tak menyadari jika sebuah batu cukup besar terinjak olehnya hingga
tubuhnnya tidak seimbangan dan Min ho terjatuh ke samping. Tangan kanannya
mendarat tidak sempurna hingga membuat terluka. Tulangnya keluar dan membuat
darah itu mengalir banyak. Ibunya tercengang saat melihat putranya terkapar
kesakitan. Dia pun berlari dengan wajah sangat panik.
Setelah kejadian itu Min ho tak bisa menggunakan tangan
kanannya selama dua bulan. Sapu tangan merah “Jimat bau” itu lah yang mengikat
tangan Min ho hingga ke rumah sakit. Itu adalah sapu tangan kesayangan ibunya.
Min ho sempat enggan memakai sapu tangan itu, tapi ibu tak menggubrisnya. Dia
hanya berkata. “Tanganmu jauh lebih berharga. Jika sapu tangan ini bisa
menjagamu, kelak kau harus bisa
menjaganya juga. Jadi jangan khawatirkan itu.” Min ho pun akhirnya turut pada
ibunya.
*
Karena itulah min ho sangat menyanyangi jimat bau itu. Bahkan
dia enggan mencucinya dengan alasan takut hilang.
Sudah cukup lama mencari tapi tetap tidak ketemu. Hyuk
menghampiri Min ho yang sedang duduk di belakang sofa. Dia menangis, sambil
menundukan kepalanya.
Hyuk duduk di dekat min ho dan dia meraih kepala min ho dan
mendekapnya.
“Kenapa aku begitu bodoh. Menjaga sapu tangan saja aku tidak
bisa.” Ungkapnya dengan suara lirih.
“Tenanglah! Kau pasti akan menemukannya.”
“Apa kau juga berpikir aku gila? Dan keterlaluan? Hanya
karena saputangan?” tanya min ho.
“Ani… kau tidak keterlaluan sama sekali. Tidak ada kata
keterlaluan untuk hal yang kau sayangi. Kau berhak marah dan sedih saat kau
kehilangan hal yang kau sayangi. Saat kau tidak merasakan rasa sedih sedikit pun,
itu malah terlihat gila.”
“Apa kau mengerti seperti apa?”
“Aku mengerti. Karena aku mengalaminya. Jangan begini!
Bukankah kau seorang pria? Ayo kita cari sampai dapat kemudian kita pergi
berlibur.” Seru Hyuk setelah dia melepaskan pelukannya. Dan kemudian menepuk
pundak Min ho.
Setiap sudut telah terjamah oleh mereka, hingga hyuk sampai
di dapur. Tepatnya dekat lemari es, dia melihat sesuatu yang aneh di sana.
Dengan cepat tangannya meraih benda yang tergeletak di pinggir lemari es.
“Ya… Min ho… Ya…” Hyuk berteriak kegirangan.
Min ho berlari menghampiri Hyuk.
“Ya?? ada apa?”
“Lihat ini!” Mata Min ho langsung membulat bersinar. Dengan gesit dia
mengambil si jimat bau yang sudah bersarang lama dekat lemari es.
“Hyuk.. gomapta… nomu gomapta..” Min ho memeluk, mencium,
bahkan dia menaikan sapu tangan itu hingga terlihat dari bawah.
“Ah… ne.” Ungkap Hyuk singkat. Hyuk juga terlihat sangat
bahagia melihat Min ho kembali ceria setelah si jimat bau kembali.
“Oh ya… Hyuk.. ayo kita pergi sekarang juga! bukankah Beom
dan ill woo sedang menunggu kita?” tanyanya antusias.
“Ah… ya benar.. mereka sedang menunggu di bawah.”
“Ah kau duluan ke bawah. Aku mau ngambil tas dulu.”
“Baiklah… :)
aku tunggu di mobil ya.”
***
Butuh satu setengah jam untuk sampai ke tempat penginapan
paman Hyuk. Saat mereka sampai dan keluar dari mobil. Ill wo, Beom, dan Min ho
sungguh tak percaya jika paman Hyuk kaya raya.
“Kenapa kau selalu berlagak seperti orang tidak mampu? Lihat!
Bahkan kau punya paman dengan penginapan luar biasa.” Ungkap Ill woo.
“Aku seperti berada di antara dua zaman. Joseon dan zaman modern.” Beom kagum melihat penginapan yang luar biasa cantik, unik, dan
menenangkan ini.
“Ah.. yang kaya paman ku bukan aku. Mengapa aku harus berlagak kaya raya.” Jawab Hyuk enteng.
“Ah ya Hyuk kita tak perlu mengeluarkan uang kan? Aku
benar-benar sedang krisis uang. Ayahku sedang menghukumku karena tabrakan mobil
kemarin.” Keluh Min ho dengan muka lesu.
“Ya ya ya ya… tenang kawan-kawan.. tidak ada uang untuk
menginap kita akan menginap gratisssss.” Jelas Hyuk, dengan tangan yang terentang dua kali.
“Jinja?? Jinja?” Tanya ketiganya.
“Ne….” Teriak Hyuk keras.
Tak lama paman Hyuk datang. Mereka memberi salam dan hormat
pada Paman Lee.
“Baiklah.. apa kalian sudah siap?” Tanyanya tanpa babibu.
“MWO??” mereka terkejut dengan pertanyaan itu. Hyuk Cuma
nyengir ga jelas.
“Aku sudah bicara dengan Hyuk sebelumnya. Kalian akan
mendapatkan penginapan secara gratis selama satu minggu dengan syarat. Kalian
harus bersedia bekerja dari jam delapan pagi hingga jam delapan malam.”
“APAAAAA???” Woo, Beom, Min ho. Lagi-lagi mereka terkejut.
Matanya yang tadi membulat berubah mengerucut dengan tatapan tajam memandang
Hyuk yang berdiri di sebelah kiri mereka. Dan Hyuk yang terkenal menyebalkan
sekaligus playboy namun paling care ini hanya senyam-senyum sambil garuk-garuk
kepala.
“LEE HYUKK JAE…”
***
Hari sudah malam. Hari ini mereka di beri kesempatan untuk
beristirahat sebelum besok bekerja di penginapan paman Lee. Min ho duduk di
teras kamarnya. Dia begitu menikmati malah yang indah dengan taburan bintang.
Tangannya diangkat. Hingga jari-jari itu tak lagi merapat, dia membuat cahayanya
bulan terhalang oleh tiap jarinya. Senyum indahnya bahkan mampu membuat angin
malam begitu mesra menyentuh setiap lekuk tubuhnya.
Suara jangkrik saling membalas dari balik pohon. Mereka
bersembunyi diantara malam yang terang oleh cahaya bulan.
“Ya… sedang apa kau di sini?” Ill woo datang dan langsung
duduk di samping Min ho. Kaki mereka saling bergelayut.
“Ahh…. Kenapa malam ini sangat indah.” Lanjutnya setelah
menghela napas panjang.
“Oh ya. Ini baju yang harus kita pakai untuk bekerja besok.”
Ill Woo memberikan satu tumbuk baju adat korea berwarna biru. Tak lupa topi
khasnya pun di letakkan di atas kain yang ter-lipat rapi.
“Apa ini?? Kita harus memakai pakaian ini? Benar-benar ci
Hyuk.. aku tidak menyangka jika dia telah menjebak kita dan menjadikan kita
budak di hari libur. Ckckckck…” Gerutunya tak karuan.
“Sudahlah! Jarang-jarang kan kita liburan di tempat kaya
gini? Nikmati saja! bukankah pemandangan dan suasana di sini luar biasa? Ahh….
Segar sekali jauh dari hingar bingar dan kepenatan kota metropolitan. AKU SUKAAA…”
Woo merentangkan tangannya dan menikmati udara malam yang sejuk, nan
menakjubkan.
“Ah… aku ngantukk… aku pergi ke kamar dulu ya. Apa kau mau
ikut tidur denganku?” Goda Ill woo dengan tatapan seduktif.
“Ya… kau ini jangan mulai ya!” Min ho terlihat ketakutan
melihat Woo seperti itu.
“Hahahahaha…”
“We?? Weyo??”
“Aku juga tidak suka padamu. Aku masih normal dan menyukai
gadis. Bakhan tubuhmu.. aku sudah tahu semua. Apalagi yang perlu aku lihat?
Jakunmu? Hahahahaa” Ill Woo lagi-lagi menggoda.
“Kurang ajar kau.. dasar namja gila.” Balas Min ho.
Namun Woo langsung pergi dan beranjak menuju kamarnya.
Namun Woo langsung pergi dan beranjak menuju kamarnya.
Malam semakin larut. Ill woo, beom, dan hyuk. Mereka sudah
bergulat dengan selimut juga bantal masing-masing. Sementara Min ho, dia masih
menikmati malam yang panjang. Setelah lama duduk di teras. Dia bangkit dan
berjalan-jalan mengitari taman penginapan bagian timur. Begitu banyak bonsai tumbuh
indah di tanam dalam pot cantik dengan ukiran naga. Dia tak henti tersenyum dan menikmati kenikmatan luar biasa ini. Bahkan sempat-sempatnya Min ho duduk
diantara pancuran air di pinggir kolam, puluhan ikan koi yang cantik, dengan sisik
warna-warni juga sirip yang beliak-liuk. Tangannya menyentuh air itu, bahkan
setengah jarinya tenggelam bersama ikan-ikan itu.
Seorang wanita terlihat mengintip di balik semak-semak. Mata
bulat cokelat-nya menatap Min ho yang sedang asyik bermain air. Tubuhnya yang di
balut hanbok wana merah muda dan rambut panjang di kepang ke belakang dengan
hiasan di kepala membuat dia sangat cantik.
Serangga yang sedang berjalan di antara daun-daun semak itu
menyentuh tangan wanita cantik itu. Sontak dia menjerit, saat serangga itu
malah loncat ke bajunya. Dia berjalan mundur sambil berusaha menyingkirkan
serangga itu.
Min ho tampak curiga dengan suara yang keluar dari
belakangnya. Dia bangun dan berjalan menuju suara.
Wanita itu masih sibuk meng-enyahkan serangga itu. Hingga
kakinya yang dibalut sepatu motif bordir bunga menginjak batang kayu. Dia pun
kehilangan keseimbangan. Min ho dengan cepat meraih pinggangnya dan
meraih sebelah tangannya hingga dia jatuh di pangkuan Min ho. Wanita itu
benar-benar terkejut, hingga matanya semakin membulat.
Min ho sangat terkesima dengan wanita cantik itu. Tangannya
sangat lembut seperti kapas bahkan busa sabun yang halus. Kulit putih susunya
membuat dia jadi minder. Tak begitu lama, wanita asing itu langsung bangun,
kemudian menundukkan kepalanya sebagai tanda ucapan terima kasih.
Min ho mencoba bertanya siapa gerangan nama gadis cantik
itu. Tapi dengan cepat dia pergi tanpa sepatah kata pun.
***
Pagi-pagi buta Hyuk sudah bangun. Dia sangat rajin, bahkan
pakaian pelayan itu sudah dipakainya dengan rapih. Dia sangat jail. Bayangkan
Hyuk membawa satu baskom air dingin dan mencipratkannya ke wajah Woo, Min ho,
juga Beom.
Beom yang kebo, dan hobi tidur sangat sulit dibangunkan. Woo
dan Min ho bangun dengan terpaksa karena wajah mereka basah kuyup. Sabil bergerutu ini itu, Woo juga Min ho pergi ke kamar mandi untuk segera bersiap.
“Ya Beom.. bangun!! Beom…!!! Ni anak bener-bener ya?” Hyuk
geleng-geleng kepala saat air yang di cipratkan ke wajah Beom malah di
jilatinya tanpa rasa jijik.
“Baik… sepertinya kau sangat haus Beom..” Mata Hyuk semakin
menyipit. Bibirnya mengangkat sebelah, dan dia kembali membawa air lebih banyak.
Tanpa rasa ragu pada hitungan ketiga. Air itu mengguyur Beom tanpa rasa
kasihan.
Beom kaget bukan main.
“BANJIR…BANJIR… BANJIRR….” Dia kelabakan sambil mengusap
wajahnya yang penuh air.
“Banjir… bannjiirrr… hehehehe.. hyuk jae..” Beom malah
nyengir kuda ketika melihat Hyuk berdiri dengan wajah menyeramkan.
“MANDDIIIIIIIIIII!!!!” Hyuk berteriak.
Beom langsung angkat kaki dari tempat tidur menuju kamar
mandi.
***
Penginapan hari ini sangat ramai. Banyak pengunjung yang
datang untuk sekadar melepas penat barang satu atau dua malam. Dan semua orang
sangat sibuk termasuk empat cowok gokil itu.
Hyuk yang jago bela diri siap mengantar pelanggan ke kamar,
dengan barang bawaan yang kadang menyesakkan mata. Sementara Beom dan Min ho
bertugas di bagian resepsionis. Ill woo sibuk sendiri di bagian makanan. Dia
mengantarkan pesanan para pelanggan yang duduk menunggu masakan tradisional
korea.
Karena hari ini pengunjung restoran penginapan lebih banyak,
mau tidak mau ill woo ikut membantu menyajikan langsung makanan itu ke hadapan
pemesan.
Karena tergesa-gesa, Woo tidak sengaja menyenggol makanan
pelanggan yang duduk di sampingnya. Dia sangat marah pada Woo. Pria itu terus
memarahi Woo meski Woo sudah berusaha minta maaf. Tak ingin berbuntut panjang
Min ho yang memiliki waktu senggang langsung menghampiri Woo. Dengan penuh rasa
sopan Min ho pertama-tama menanyakan duduk permasalahannya pada pria itu.
Pelanggan lain terlihat risih dan tidak nyaman dengan kejadian itu. Tapi
kemudian Min ho membisikkan sesuatu pada pria itu, dan akhirnya pria tadi bisa
tenang.
“Baik tuan, tunggu sebentar! Kami akan segera kembali.”
Min ho menarik Woo ke dapur. Woo terlihat pucat pasi,
tubuhnya bergetar.
“Apakah kau baik-baik saja?” tanya Min ho sambil menepuk
pundak Woo.
“Ah… ne.” Jawabnya singkat.
“Sudahlah! Tidak apa-apa, biar aku yang membereskan orang
itu. Pergi dan bantu tuan Choi memasak!”
Min ho berusaha meyakinkan Woo untuk
tidak merasa khawatir.
“Tapi aku.”
“Aku tahu ini pertama kalinya kau bekerja seperti ini kan?
Tenanglah! Aku sudah cukup paham dengan situasi seperti ini. Ayahku telah
memberikan tips jitu menghadapi orang seperti itu. Kau kan tahu aku ini adalah
pewaris toko ramyun paling terkenal di Seoul. Hahahaha.” Tungkasnya dengan nada
canda.
Woo hanya tersenyum, kemudian menghela napas.
Min ho memberikan pelayanan ulang. Dia memberi makanan baru
dengan beberapa hidangan lain yang di buat khusus dan di sajikan gratis.
“Silahkan dinikmati. Saya minta maaf atas ketidak nyamanan
anda sebelumnya. Semoga anda menyukainya. Selamat makan!” Cukup dengan beberapa
kalimat, dia pun pamit dan menuju tempat semula.
***
Hari yang cukup melelahkan. Woo, Beom, Min ho, juga Enhyuk
kini sudah berada di kamar. Mereka di satukan dalam satu ruangan besar.
Sehingga dengan leluasa bisa saling bercengkerama. Hyuk, dia mulai dengan ide
gilanya lagi.
Dia mengambil sesuatu dari laci dekat lemari pakaian.
“Ya.. mau apa kau?” Bentak Beom saat Hyuk mendekat ke lemari
pakain bagian Beom. Beom dia adalah orang yang paling sensitif. Tidak suka jika
orang lain menyentuh barang pribadinya meskipun itu kekasihnya bahkan adiknya
sekali pun.
“Ya yaya.. Beom. -.- aku tidak akan menyentuh barangmu.”
Hyuk menoleh dengan ekspresi jengkel.
Beom diam, dengan alis mengangkat sebelah.
“Trarada….” Hyuk mengambil sebuah tinta kenal berwarna merah
yang di simpan disebuah wadah kecil mirip cepuk untuk pelembab wajah.
“Apa yang akan kau lakukan kali ini?” Woo menatap Hyuk, dan
Hyuk hanya tersenyum.
“Aku ngantuk. Kalian main sendiri saja!” ujar Min ho dan
kemudian meraih selimbutnya dan pergi tidur.
“Jika kau tidak ikut kau yang kalah.” Jelas Hyuk.
“Ya! bagaimana bisa aku yang kalah? Ikut main saja engga.
Sudahlah ini sudah malam, apa kalian tidak lelah? Cepat pergi tidur.” Serunya
sok tua.
“Ah… benarkah begitu? Padahal aku ingin mengenalkan kalian
pada gadis-gadis di sini. Bukankah sebelumnya aku sudah mengatakan jika di sini
banyak gadis-gadis cantik.” Papar Hyuk mencoba mempengaruhi Miin ho.
“Ah.. benarkah itu Hyung?” Beom tiba-tiba semangat dan
mendekat pada Hyuk.
“Ya.. bocah! Masalah cewek aja mata mu langsung ijo.”
Celetuk Woo.
“Biarin wew…”
“Oh ya Hyuk.. bisakah kau memberikanya satu untukku? Mm
aku…”
“Aku tidak janji jika salah satu dari kita tidak ikut.” Hyuk
melirik Min ho yang masih terbaring.
Woo juga Beom langsung mengerlingkan matanya dan memandang Min ho. Tatapan mereka seolah bicara, baik satu, dua, tiga. Dan Mereka berdua menerjang Min ho. Membujuknya sampai dia mau ikut permainnan yang di rancang Hyuk.
“Ya… Hyung! Ayo ikut main! Apa kau tidak kasian padaku?”
Rengek Beom manja.
“Min ho jagiya. Apakah kau tidak rindu bermain denganku? Ayo
ikutlah! Aku berjanji tidak akan meledekmu lagi karena takut pada perempuan.
Ehhh …” Woo keceplosan. Gayanya merayu malah berujung buruk. Min ho menarik lebih
kuat selimutnya hingga membuatnya tenggelam.
Kesal terhadap kelakuan Min ho. Woo berteriak, “BAIKLAH
BAIKLAH!! KARENA KAU BEGITU KITA PUTUS! Bahkan kau tidak tahu betapa
kesepiannya aku sekarang. huhuhuhu.”
“Ngomong apa sih ci Woo? Ga jelas banget.” Gerutu Min ho
pelan dari dalam selimutnya.
“Ah.. ya sudah jika tidak mau. Aku tidak rugi ko. Karena aku
sudah bertemu dengan seorang wanita cantik tadi pagi.” Ungkap Hyuk dengan gaya
yang so soan.. mengalah.
“Ah.. benarkah Hyung? Siapa? Siapa? Ko dari tadi aku ga liat
ada cewek cantik di sini ya?” Tanya Beom penasaran.
“Seorang gadis cantik denga kulit putih dan mata cokelat.
Dia sangat mungil dan kau tahu dia sanggaaaaaat cantikkk. Aku bertemu dengannya
saat berjalan menuju papiliun. Dia memakai hanbok juga. Aku pikir dia adalah
pegawai baru di sini, karena sebelumnya aku belum pernah melihat dia.”
“Ah… jinja? Jinjayeso?? Aku ingin bertemu dengannya…”
Sekarang giliran Woo yang mengebu-gebu.
Min ho menguping dari balik selimutnya. Hingga dia teringat
kejadian kemarin malam, saat seorang wanita jatuh di pangkuannya. Wanita yang
memiliki ciri-ciri yang sama seperti yang Hyuk katakan tadi. Dia semakin
penasaran lagi saat dia ingat jika wanita cantik itu tak mengatakan apapun dan
hanya menundukan kepalanya kemudian pergi.
“Ah… ini ni gara-gara ci Mr. Kepo si pemilik jimat bau… ga
jadi deh..” Woo terlihat sangat kecewa. Dia menarik selimutnya dan pergi tidur.
Dua menit berlalu, Hyuk masih duduk sambil memainkan cepuk
tinta merah itu.
“Ayo kita main!” Min ho bangun dari tidurnya dan bicara
dengan lantang. Hyuk yang melihat ekspresi Min ho membuatnya bersemangat dan
memamerkan senyumnya.
Woo dan Beom juga langsung bangun, saat Min ho mensetujui
untuk ikut bergabung.
“Yayayayayayayayya…. Ye..ye..yeeebooo… Kekekekenappaa tidak
dari tadi hah?” Ucap Woo dengan gaya reper.
“Hentikan bodoh!” Min ho menepuk kepala Woo. Dan Woo
kesakitan.
“Ah.. Hyung.. kamsa nomu kamsahamnida.” Beom memegang
tangan Min ho.
“Ya.. sudah sudah. Hyuk! Peraturan main kaya apa?”
Setelah Min ho bertanya demikaian Woo dan Beom duduk
berjejer dan menyimak peraturannya dengan baik-baik.
“Oke… karena semua sudah siap untuk bermain. Jadi aku kasih
tahu cara mainnya kaya apa. Pertaman kita akan menentukan siapa yang akan
berjaga dan siapa yang akan bersembunyi. Selanjutnya saat si penjangga terkena
tinta merah dari orang yang bersembunyi atau sebaliknya maka dia tidak akan
mendapatkan kesempatan bertemu dengan wanita yang tadi aku ceritakan.
Arrasso??” Jelas Hyuk panjang lebar.
“Ani…” Beom menggelengkan kepalanya.
“Intinya. Siapa saja yang terkena tinta mereah berarti dia
tidak bisa bertemu wanita yang tadi aku sebutkan. Jadi kau harus berusaha
membuat lawan kalian mati kutu dan mencoreng mukanya dengan tinta merah.”
“Ah… arra.. arra….”
“Oke.. sekarang kita akan pilih orang pertama yang jaga.
Orang yang jaga harus memakai pakaian adat sebagai bagian dari hukuman juga
ciri jika dia adalah orang yang berjaga.”
Setelah pemilihan yang sengit batu gunting kertas dilakukan.
Akhirnya Min ho lah yang menjadi penjangga. Dia terlihat kecewa saat dia
harus berjaga dengan pakaian adat dan mencari yang lain.
“Baiklah… silahkan kalian bersembunyi. Tapi ingat! Kau..
kau!! kau!!
kau!!! Aku akan mencoret semua
wajah kalian dengan tinta merah.” Min ho pun ikut menggebu-gebu dengan
mengisyaratkan tanda silang di masing-masing wajah temannya itu.
“WAWWWW….” Hyuk, Beom, dan Woo kompak mengatakan itu, dan
kemudian berlari untuk pergi bersembunyi.
***
Min ho keluar dengan pakain adat yang sering di pakai para
bangsawan pria di zaman joseon. Pintu kamar itu terbuka dan dia melangkah
keluar.
Huh…. Sangat gagah.. dia bahkan terlihat tampan denga baju
bangsawannya. Sambil membawa kipas, dia berjalan mengitari taman dan beberapa
koridor di ruangan-ruangan bagian utara.
“Kemana mereka? Secepat itukah menghilang. Ckckckkc...” Bajunya yang
terlalu panjang membuat bagian bawahnya tersangkut ke kayu dekat ruangan kosong
di papiliun utara.
“Ah.. ribet banget sih.. Si Hyuk emang bener-bener ya.” Min
ho bergerutu sambil membenarkan pakainnya.
Dia menunduk dan meletakan kipasnya di ubin. Sebuah bayangan
terlihat melewati dirinya di sana. Min ho menoleh tapi bayangan itu hilang.
Saat min ho menunduk, bayangan itu muncul lagi. Curiga jika itu Woo atau Hyuk.
Min ho malah berteriak, “Ya hentikan! Woo aku tahu itu kau. Hyuk? Apa itu kau?”
tanyanya ragu.
Bulu kuduknya mendadak berdiri, dia merasa jika seseorang
meniup pundaknya. Min ho bergidik dan kemudian membalikan tubuhnya.
“AIGOOO….” Dia terkejut saat wanita yang di temuinya kemarin
malam tiba-tiba ada di hadapannya.
“Apakah kau sedang mencari sesuatu?” tanyanya lembut.
Min ho tercengang dan hanya bisa menatap penuh rasa kagum. Wanita itu melambaikan tangannya di depan mata Min ho.
“Ah… ya! aku sedang.. aku sedang mencari teman-temanku. Iya
chingudel heh.” Dia terlihat canggung dan gugup.
“ah… sepertinya bajumu tersangkut?” Wanita itu menelisik
pakaian Min ho yang tersangkut pada kayu pintu kamar kosong itu.
“Ah ini… ne.. tadi akuu…” setelah menunduk sebentar, wanita
yang dilihatnya tadi tiba-tiba menghilang dan …
“Kemana dia? Ya?? kau dimana? Aishhh … bahkan aku belum
sempat menanyakan siapa namanya. Pabo.” Min ho memukul kepalanya.
TBC
RCL please~!!! ^^
kamsa :)
FF ini juga di post di facebook ku loh!! ^^ klik di sini loh!!
Nb:: Karena ff ini tidak di update sesuai ketentuan yakni pada akhir pekan. Saya memberikan hadiah pada pembaca setia yang sudah tidak sabar untuk membaca kelanjutannya. Jadi saya berharap kalian memberikan jejak dengan memberikan komentar berupa kritik saran, atau apa pun itu selama masih berhubungan dengan ff ini. Terima kasih :)
halo sis Dinie...keberatan gak dipanggil begitu?
BalasHapuskebetulan aku lg browsing MINSUN FF gitu dan nemu blog kamu..hahahaha...aku suka deh baca2 ceritanya,
oh ya...aku juga add FB kamu..tp belum diconfirm T________T
oh ya yang ini lanjutannya kapan??
ditunggu selalu..^^
annyeong.. siapa nama kamu??
BalasHapussia ga pa-pa.^^
nama facebooknya siapa? biar nanti aku chek.
itu ffnya udah di update.. silahkan di baca. :)