Jumat, 22 Maret 2013

Curhat-curhatan FM Lee Min ho di Indonesia

Pagi-pagi udah ubek-ubek info FM min ho dan apa yang terjadi sodara-sodara? saya tercengang melihat stage'a yg begitu dekat dengan para minoz.. 

 Jujur aku ga nyangka sama stagenya yang kaya gini. alhasil aku makin galau. Selama hampir tiga tahun nunggu buat dia dateng ke indonesia dan bertemu sama dia tapi takdir berkata lain. orang tua yang ga ngijinin bikin nysek banget. So rasa itu cuma bisa di bales dengan berdoa supaya FM nya berjalan dengan lancar. 
oh ya... aku juga mau ngasih beberapa pic. oppa pas di soekarno hatta kemaren plus foto-foto dia yang lagi presscon 










 cc: all photo by all sumber

Minggu, 17 Maret 2013

Misteri Angka 13 #5




Misteri Angka 13 #5
"Kuatkan hati untuk menguaknya...."

Genre : Antologi cerpen misteri
Penulis : Boneka Lilin et Boliners
Editor : Boneka Lilin
Layout : Boneka Lilin
Design Cover : Ary Hansamu Harfeey
Penerbit : Harfeey
ISBN : 978-602-7876-26-2
Tebal : 150 Hlm, 14, 8 x 21 cm (A5)


SINOPSIS

13. Sekadar gabungan dari dua angka berbeda yang terdiri dari 1 dan 3, atau terdapat berbagai mitos serta misteri yang menyertai di dalamnya? Bisa tidak, namun iya bagi Si Triskaidekaphobia.

Ada apa dengan 13? Hingga 80% bangunan tinggi tidak berani melibatkan angka misteri itu untuk dijadikan tingkatannya, dan seorang anak yang lahir pada hari Jumat tanggal 13 dipercayai akan tertimpa kemalangan di sepanjang hidup, bahkan di jalanan Florence Italia rumah di antara nomor 12 dan 14 disebut rumah nomor 12 setengah.

Seberapa istimewanya misteri angka 13 di mata para Triskaidekaphobia fiktif dalam buku ini? Mari menguak mitos dan misterinya bersama....
***

Penulis kontributor :
Boneka Lilin, Qothrunnada, Ratih Mandalawangi, Ummi Lathifahazki, Secerah Pagi, Mutia Zata Yumni, Feby Febriany, Erfani Tri Mardiani, Maulida Abdillah Alfaruqy, Mia Mutiara, Feri Setiawan, Annisa Nur Alida, Edest, Hasan Asyhari, Riana Umi Mauliddiyah, Yuditya Kenkyusha, Sarah Aulia Azzahrah, Nanda Aulia Novtika, Arini Strada, Ade Ubaidil, Melly Waty, Scheilla Aceli, Silvia Lindy Pradesy, Eka Budiarti, Mardiana, Lintang Rainamaya Nursanti, Yovita Andriani, Baim, Fris Casanty, Yessie Haifa Ghassani, Rizka Rakhmawati, Hawa Ratna Dewi, Ihfah Khaerawaty Gau, Dinie Isnaeni, Fitrianis Agiliani Harnaningtyas, Rr. Felicia Dyah Larasati.

! (Tanda Seru)


Disaat matahari mulai meninggi aku menemukan dunia yang asing bagiku. 
Dunia yang tak pernah aku sadari saat melihatmu sedekat ini. 
Aku merasa jika orang disampingku menghilang, dan aku bediri menjadi seorang penonton.

Aku selalu bahagia mencintaimu, namun aku juga selalu merasa terluka dengan perasanku. 

Kegilaan yang kubuat sendiri, sikap egoisku yang tak menghiraukan perasanku.

Panggung maya tak seutuhnya nyata. 

Jika aku tetap menari-nari dalam imajiku tanpa melihat duniamu yang sangat tak aku sadari sebelumnya. 
Aku hampir menyerah, dan membuang jauh rasa ini, namun saat malam berlalu, kau seolah mengirimkan pesan padaku dan membuatku terpenjara akan perasanku sendiri.

Tatapanku berubah kosong. 

Dia, seseorang di depanku tengah bersandiwara, dengan suara yg bahkan tak kudengar. 
Mataku berbinar, namu pikiranku kacau. 
Aku selalu ingin melarikan diri namun aku tidak bisa.. 
"hai" 
Hai!!!
Aku harus memulainya kembali atau benar mati dan mengubur semuanya?

Pria penyihir... 

aku adalah korban dari sentuhan atas nama cinta. 
Yang menghantam hatiku tanpa tau diri, membuaiku dan melukaiku.

Wahai pria penyihir

Beri aku satu mantra untuk lepas dari perasaan yang terus merindukanmu. 
Jika memang kau tak pernah sekali pun memberikan hatimu padaku.
( 11 Januari 2013)

Has Opened My Eyes





Menjadi buntu. Marah. Benci. Menangis. Tanpa di sadari sifat itu menjerit bak setan yang ingin keluar dari jasad ini. Membating apa saja yang ada di hadapan ku. Memukul dada yang hampir kehabisan nafas. Menjerit dengan suara yang hampir hilang. Kini itu adalah sebuah kenangan, kenangan dari pelajaran yang seharusnya tak lagi di lakukan.

Ada yang jauh lebih indah dari sekedar memaksakan ego. Ada yang jauh lebih menenangkan dari sekedar memaksakan perasaan orang lain. Bukankah angin yang bertiup saat keringat jatuh itu akan terasa jauh lebih nikmat? Belajarlah dari hari kemarin. Belajarlah membentengi perasaan yang kadang akan berontak saat keinginannya tak terpenuhi.

Suatu hari di bulan ke dua puluh empat.. Ada sesuatu yang menjamah batinku. Merasuk hingga lorong jiwaku. Ada yang berbisik pada mata hatiku. Ada yang memeluk ke dalam perasaanku. Kau tahu itu apa? cahaya yang datang saat badai menerpa begitu hebat. Apakah ini bisa di katakan sebagai akhir? aku pikir tidak. Saat seseorang mampu membuka semua perasaannya, dia akan melihat dengan sangat baik. Bukan hanya dari apa yang dia lihat oleh matanya tapi juga dengan hatinya. Hari-hari semu bersamamu membuatku mengerti banyak hal. Membuatku membuka "mata" jika ternyata kau juga terluka. Kita berada pada bagian yang sama.

Suatu hari di bulan kedua hari ke lima belas. Aku masih mengingat apa itu air mata. Apa itu rasa sakit. Apa itu sakit hati. Apa itu menyayangi dan kau membawaku jauh dari apa yang aku duga. Perasaanku padamu membawaku pada hamparan kain sajadah. Pilu hatiku, menjerit batinku.. Aku mengadu pada-Nya. Dan dua belas bulan kemudian, aku mengerti. Hanya doa yang mampu ku berikan sekarang.

Kebangkitan perasaan yang menyeruak dalam tawa yang tak lagi renyah adalah bagian yang lumrah. Hati manusia ini tengah terluka. Namun kini tak ada lagi jeritan yang membuat kelelahan. Karena kini hanya ada senyuman. Senyuman yang bertiup dengan aroma bunga ke hulu kebahagian, dimana menyayangi adalah bagian dari memahami perasaan orang yang kita sayangi. Terima kasih telah membawaku pada perasaan yang tak pernah aku pahami sebelumnya. ( 5 Februari 2013)

Jumat, 08 Maret 2013

Second Love 2 [FF] [MinSun]



Second Love 2
Main casts: Lee Min ho
                     Koo hye sun
Genre: Romantic
Rate: -----
Page: -----
Author: Dinie Isnaeni

Pertemuan itu membuatku membuka mata akan dunia yang sangat indah. Lekas ku buka kaca mata yang ku pakai seusai membaca sebuah buku novel romatis dari pengarang terkenal dari kota Paris. Bibirku menyeruak dalam malam yang dingin. Ku jentikan jariku, pikiranku buyar, imajiku bermain mesra seolah aku berperan dalam sandiwara sebuah pementasan opera. Pria bule bernama Smith itu ku bayangkan adalah pengacara lee yang sama gagahnya, dan aku adalah Kytie wanita anggun dari kalangan bangsawan yang menanti cinta keduanya. Cerita itu belum usai. Ponselku menjerit. Membuatku tersentak. Ku lihat nama di layar cukup lebar itu. “Pengacara Lee.” Sahutku. Refleks tangan kiriku menarik poni rambut ke samping. Bodoh, apa yang aku lakukan? Bahkan tuan Lee tak ada di sini. 

“Apa kau sudah membaca buku dariku?” Tanyanya dari balik telepon.
Aku mengangguk tak besuara. Senyum dengan pipi merah ranum ini menjawab secara gamblang jika aku benar-benar tengah jatuh cinta. 

Perjalanan yang sangat mendebarkan pekan lalu membuatku berjalan satu langkah. Ku lupakan semua kenangan buruk yang tlah kualami saat bersama suami terdahuluku yang sangat kurang ajar. Tuan lee adalah malaikat tanpa sayap yang tuhan berikan padaku. Dia membuatku sangat nyaman meski umurku jauh lebih tua darinya. 

Pria tinggi itu membuatku semakin mabuk. Pria romantic yang sangat tak aku duga…. 

Telepon itu kemudian terputus tanpa sebab.. Ku lihat batrei ponselku dan apa yang terjadi? Tak ada masalah. Batreinya masih penuh. Jantungku berdegup kencang. Ku beralih pada sebuah telepon book. Ku tulis nomor kantor dimana Lee bekerja. Ku coba menekan delapan nomor itu dengan cepat. Namun tak ada jawaban. Aku hampir putus asa. Ku raih mantel bulu pemeberian sodaraku dan berlari menuju halte. Aku yakin jika Lee ada di kantor. 

Lima belas menit berselang aku sampai di kator pengacara dimana lee bekerja. Aku pernah ke sini satu kali dan aku masih ingat persis dimana ruangan lee. Bunyi detak jarum jam yang semakin kuat membuat bulu kudukku berdiri cepat. Menoleh ke kanan dan kiri. Lorong yang hidup hanya dengan lampu yang menyala sepanjang koridor yang sangat sepi, pukul 12.55 malam. 

“Brukkk…” aku terdiam. Saat suara aneh terdengar keras memantul hingga masuk rongga telinga.

 “Tenang” ucapku pelan. Langkahku tak berhenti sampai di situ. Ku menerka sebuah jalan persimpangan dimana sebuah lift berada persis di depanku. Lampu panah lift itu menyala. 

“Seseorang tengah turun dari lantai 6? Ya.” Sahutku dengan tatapan membidik. 

“Binggo!” Suara lift terdengar akan terbuka. Seorang pria mabuk berada di dalamnya. Kemeja yang sudah tak di kancingi dengan dasi melorot yang sudah tak berwujud. Wajah lesu dengan mata merah. Dia menatapku. Aku mundur satu, dua, tiga, langkah, dan nafasku hampir putus saat pria itu menyentuh tanganku. Dingin. Mengapa tangan pria ini sangat dingin?

“Apa kau datang untuk menjemputku?”

“Apa?” tanyaku dengan suara gemetar. 

Pria paruh baya itu menelisik wajahku, satu menit berdiri kaku rasanya seperti mati suri. Matanya membulat tiba-tiba. Dia mendorong sambil menarik baju ku. 

“Lepas!! Lepaskan aku!” sontak aku menjerit dan mendorong pria tersebut sekuat tenaga. Saat tanganku tak mampu mendorongnya, kakiku dengan agresif juga ikut menendang perutnya. Hingga dia terpental beberapa senti meter. 

“Kau pembunuh!” Dia terus berbicara seperti itu. Aku mundur dengan posisi duduk. Tanganku menopang kuat agar aku bias segera kabur dari tempat yang mengerikan ini. 

“Jangan!! Jangan!! Aku mohon jangan!!” mataku menutup dengan jeritan keras dan tangan yang menyilang di bagian dada. 

“Nona… apa yang kau lakukan? Nona? Nona?”

 Aku tetap menjerit dengan mata menutup saat sebuah tangan menyentuh bahuku. 

“Jangan!!!!”

“Nona!! Bangun!!” 

Pria bertopi di hadapanku membuatku kaget. Dia membawa senter dan tongkat pemukul. 

“Apa yang anda lakukan tengah malam di sini?” 

Dengan wajah memerah aku menyembunyikan rasa malu ku dan bangun dengan tangan membersihkan rok yang kotor menyentuh ubin. 

“Aku sedang mencari pengacara Lee. Apa kau melihatnya?”

“Tuan Lee?” 

Aku mengangguk. Rasa Maluku di buat kebal cepat. Satpam itu membuatku bisu sekejap.
“Ah tuan Lee. Aku melihatnya ada di lantai paling atas. Apa kau mau aku antar?” 

“Ah ya.. tentu jika anda tidak keberatan.”

“Tentu saja tidak.”

Dia bicara banyak padaku, bahkan dia menanyakan masalah tadi. Aku hanya bias tersenyum dan menjawab, mungkin aku hanya sedang berhalusinasi karena tak cukup tidur. Tapi apa yang kemudian dia katakan?  

“Apa kau benar-benar merasa pria itu sangat dingin?” 
Sontak aku terkejut dan mengangguk.

“Aku juga pernah merasakannya.” 

“Benarkah?” Antusiasku bangkit. 

“Ya, sekitar satu minggu yang lalu. Apa dia juga keluar dari lantai enam?”

“Iya benar. Kau berbohong kan?”

“Aku tidak berbohong.” 

Ku lihat jika tombol lift di dalam tak menyertakan angka enam di dalamnya. 

“Kenapa tidak ada lantai enam?” tanyaku penasaran pada pria bertopi itu. 

“Ah itu.. karena lantai enam berarti ujung dari gedung ini.”

“Maksudmu tak ada lantai enam di gedung ini?”

“Iya..”

“Jadi, apakah yang aku temui itu hantu?”

“Shutttttt…. Jangan bicara aneh-aneh!” 

Aku diam dan menelan ludah. Bodohnya aku berani datang kemari hanya karena seorang pria. Pengacara lee kau benar-bear sudah membuatku ediot dengan datang ke sini pada waktu yang tak logis. 

“Kita sudah sampai?”

Aku menaiki anak tangga untuk sampai ke lantai paling atas yang di sebutnya lantai enam. Pria itu terus saja bicara sampai membuatku hampir gila. Kata-kata yang di buatnya membuat bulu kudukku lagi-lagi berdiri. 

Lee.. apa yang kau lakukan di atas sana? Apa akau ingin mati? Atau kau ingin membuatku mati? Ku raih tangan kiriku untuk ku dekap, karena rasa dingin itu semakin kuat menusuk hingga tulang.

Pintu menuju lantai paling atas terbuka… berderittt…

Ku lihat ke berbagai tempat tapi tempat itu terlihat sangat luas dan tak ada siapapun.
“Kau bilang pengacara Lee ada di sini? Kenapa tidak ada?” kemudian aku menoleh ke samping namun apa yang terjadi? Satpam bertopi itu menghilang. 

“Pak!! Pak!! Kau dimana?” Sungguh aku sangat ketakutan. Sebuah tangan yang cukup besar menepuk pundakku. Membekap mulutku, dan sebuah penutup mata membuatku tak melihat apa-apa. 

“Kau hanya perlu diam!” 

Aku mengangguk sudi, karena aku tak ingin mati di sini. Kemudian aku mendengar beberapa suara yang tak mampu ku terka sedikitpun. 

Angin malam yang berhembus kencang membuat pendengaranku buyar, samar ku lihat sebuah cahaya, saat orang itu membuka tutup mata yang membelit ku hingga aku tak mampu melihat dengan jelas. 

Lampu warna warni berkelip, indah menghias malam yang sangat mendebarkan untukku. Aku tengah duduk di kursi berwarna putih dengan minuman anggur dari prancis yang sangat mahal dan dua piring steak dengan saus lezat di hiasi buah tomat ceri di atasnya.  

Alunan music kalis nan romantic menganlun cantik membelah malam mencekam yang mengantar seorang pria tampan dengan taksedo berwarna hitam dan kemeja putih yang rapih. Bahkan aroma parfum itu sangat menusuk hingga indra penciumanku. 

Pengacara lee dia membuatku benar-benar seperti ada dalam sebuah novel yang aku baca tadi. Aku tak sadar dengan semua kejadian itu. Smith gadungan yang bodoh. Dia hampir membuatku gila malam ini. 

Tangannya meraih tangan kiriku. Kotak kecil berwarna merah marun dengan hiasan pita keemasan. Dia bukanya perlahan. Cincin dengan makhota berlian bertengger gagah di dalamnya.
“Maaf sudah membuatmu seperti ini. Apa kau merasa senang?” 

Aku sangat marah padanya. Namun melihatnya seperti ini membuatku luluh dan hanya mampu mengguk. 

“Lantai enam, di pertemuan ke enam kalinya dengan mu, di tanggal ke enam di bulan ke enam.. aku berpikir untuk melamarmu pada pukul enam, namun aku tidak bisa karena ada hal yang harus aku persiapkan. Demi malam yang rela menunggu, dengan deru angin yang sangat sejuk mengantarkanmu padaku meski rasa takut mendera batinmu. Setulus hati aku memohon padamu, maukah kau menikah denganku?”

Belum sempat aku membuang nafas, aku langsung berkata.
“Ya,aku bersedia menikah denganmu.”

Sorak sorai tiba-tiba terdengar dari balik keheningan yang seketika hilang. Semua staf kantor ternyata hadir di tempat ini sejak tadi. Pria yang seperti hantu itu tenyata teman lee. Ketua pengacara di sini. 

“Akting mu sangat bagus.” Sahutku sabil tersenyum malu.

“Lee kau harus hati-hati padanya!”

“Kenapa memang?” Lee terlihat penasaran, kemudian dia melihat ke arahku. 

“Tendangannya sangat kuat hahaha”

Pria pertopi, satpam kantor datang menghampiriku dengan seikat bunga mawar.
“Maaf sudah membuatmu ketakutan. Aku hanya berohong tadi.. maafkan aku!” 

“Kau benar-benar membuatku takut. Lain kali aku yang akan menakutimu pak! Hahaha..” 

Kami menikmati makan bersama, dengan suara music yang terus menghentakkan malam.

------Tamattttt----

Seperti sebelumnya.. ff ini akan di lanjutkan apabila ada permintaan.. so!! Aku tunggu komentar kalian ya. Big thx buat yang sudah baca. Buat yang udah baca tp ga bisa isi kotak komentar di blog, anda bisa memberikan kritik dan sarannya melalui akun twitter sy di @dinieisna atau kirim lewat inbox facebook di Dinie Isnaeni >> bisa di lihat di kotak my account untuk link lbh jelasnya.

Thx you so much semua!! (^_^)/