Minggu, 22 April 2012

monaSUN-A

Title: monaSUN-A
Oneshoort
Cast: lee min hoo & koo hye sun



ini ff gaje yg di tulis kurang dari sejam. belum di edit pula wkwkwk.. 
dan ini pertama kalinya aku pake POV untuk ff ku. mudah2'n ga kacau :p
yang pasti ide ff ini gara2 dapet wangsit pas buka blognya imah eonni. ^^

STOP PLAGIATOR!!
dilarang mengUNDUH data ini tanpa ijin!!

cekidott... ^^

Min ho POV
Hari yang amat melelahkan. Ku lihat jam dinding yang menempel di atas meja hias ruang tamu. Segera aku berjalan terkekeh saat jarum jam ternyata menunjuk pada angka dua. Aku merebahkan tubuhku pada ranjang king size minimalis. Sprai putih dengan selimut warna abu. Menyentuh kulitku yang penuh debu juga keringat. Tangan kananku masih memegang jas, dengan kerah kemeja terbuka hingga dada. ABS ku sedikit terbuka karena aku sangat kepanasan. AC rumah sedang rusak dan tak sempat aku perbaiki.
Inginku untuk tidur sangat kuat. Hampir saja aku tidak mandi. Untunglah eommaku menelepon. Dia sangat tau jika aku Work Holic. Dia membicara ini itu dan berhasil membuat mataku terbuka lebar dengan omelannya yang tak berujung.
“ne, eomma, ne, ne, ne, sudah ya.. aku mau istirahat dulu.” Ujarku setelah kupingku cukup panas mendengar dia marah.

***
Aku berjalan menuju kamar mandi dan membuka pakaianku. Mandi bersih dengan air dari shower yang deras mengalir, membuatku sangat segar. Aroma sampo dan sabun merek terkenal melekat kuat pada tubuhku. “hemm..” sahutku sambil bergidik, keluar kamar mandi dengan handuk yang membalut tubuhku.
“cklekk..” suara pintu terbuka. Yang setiap hari kudengar biasa. Keluar dari pintu kamar mandi.
Aku mendekat menuju ranjangku. Saat aku akan membuka tali baju handukku, terdengar suara mencurigakan dari dapur yang setengah terlihat dari kamar. Rumahku yang tak begitu luas memang sangat terbuka. Aku takut pada ruangan sempit, jadi ku buat rumah ini hanya dengan sekat kaca, kursi dan lemari.
Refleks aku menoleh. Awalnya aku tak menanggapi saat suara itu hilang dalam hitungan detik. Namun saat aku hampir tidur, aku melihat jika lampu dapur menyala, aku terperanjat dan segera bangun. kupakai lagi handuk itu. Sedikit takut tapi aku mencoba memberanikan diri. Jantung ini berdegup kencang hampir tak bisa di kendalikan. Kaki yang di balut sendal putih bulu ini berjalan pelan. “siapa itu..” ujarku pelan. Aku terus berjalan dan TARAaaa…
Ternyata tak ada siapapun di sana.
“kenapa tak ada siapa-siapa?” aku bingung sendiri. Pertanyaan pun muncul. “Bukankan lampu rumahku hanya akan nenyala saat ada orang berada di area itu. jika tidak ada apa-apa mengapa ini?? Apakah rusak?” aku mengerutkan dahi, dan kembali ke kamar.

Author POV
****
Lima menit kemudian. Suara yang sama keluar, lampu dapur yang tadi padam hidup kembali. Sebuah lukisan yang berada di ruang tengah tepat berada berhadapan dengan kamar min ho. Keluar!
Wanita yang ada di dalam lukisan itu keluar.
Wanita cantik dengan rambut panajang, memakai gaun putih diantara lautan bunga lili putih. Lukisan yang di dapat min ho dari seorang paman yang tinggal di daerah yongin, gyeonggi-do.
Dia keluar pelan. Rambut panjangnya keluar perlahan, bahkan tiap helainya terbang indah. Kulit putinya benar-benar luar biasa. Mata bulat dengan tubuh mungil tanpa alas kaki menyentuh ubin. Dia membuka tutup matanya dan berjalan menuju dapur.
Min ho hanya mematung dengan posisi tertidur. Dia tak bisa mempercayainya. Dia kehabisan kata-kata. Karena sebenarnya dari tadi dia tidak tidur.
*
Wanita itu membuka lemari es, mengambil buah dan memakannya. Belum merasa kenyang dia membuka tudung saji di meja makan.
“mwoya?? Tidak ada apapun? Dasar pria itu ya. Apa dia tidak pernah makan? Bahkan kimchi pun tidak ada. Aku sangat lapar.” Gerutunya pelan, kemudaian tangannya mengelus perut kecilnya yang sudah keroncongan.

Tangan kirinya diraih seseorang yang berada di belakang. Sekejap monaSUN-A, nama wanita itu. Berbalik. Tubuhnya memutar cepat dan hampir jatuh di dada min ho.
Kini monaSUN-A yang terkejut . Matanya membulat denga tubuh menegang.
“Siapa kau?” tanya min ho dengan tatpan menghakimi , tajam, dan menerkam. Tangannya masih memegang kuat tangan monaSUN-a.
monaSUNA-a mebisu, mulutnya seketika terkunci rapat dan tak mengatakan apapun.
“aku tanya kau siapa?” ulangnya lagi.
“a…a..aku…moo..moon..monaSUN-A.” jawabnya terbata-bata.
“apa kau manusia?”
“aku..aku..” dia masih bergetar. Kemudian monaSUN-A mencoba melepas gengaman min ho.
“apa kau mencoba kabur?” tangannya semakin kuat mencengkram.
“aku mohon lepaskan aku! Aku tidak pernah berniat jahat padamu.”
“lalu kau siapa?”
“aku.. aku adalah wanita yang terjebak dalam lukisan.”
“lukisan? Apa maksudmu?”
“Sepuluh tahun yang lalu seorang pria tua menginginkanku untuk menikahinya. Aku tinggal di sebuah desa terpencil dengan adat istiadat yang masih kental. Dunia arwah dan ilmu hitam masih di gunakan di sana dan masyarakat disana masih percaya. Singkat cerita, saat aku lari di hari pernikahanku dengannya, dia marah dan murka, dia mengutukku dan akhirnya aku terkunci di sebuah lukisan sala satu seniman yang melukis wajahku. Meski begitu aku masih bisa keluar dari lukisan itu pada jam tiga pagi hingga matahari terbit.”
“benar-benar klasik.”
“Apa maksudmu?”
“aku seperti sedang menonton sebuah opera.”
“tapi aku tidak berbohong.”
“aku tahu itu. Karena tadi aku melihat semuanya.”
monaSUN-A terdiam, kepalanya kemudian menunduk.
Min ho mengalihkan pembicaraan. “apa kau lapar?”
“mwo?” monaSUN-A menaikan kepalanya.
“kulihat kau tadi memakan semua buahku.”
“mianhe.”
Min ho hanya tersenyum. Dia melepaskan genggamannya.
“duduklah di sana!” tunjuk min ho pada sofa di ruang tengah.
“aku juga lapar, jadi akan ku buatkan pasta.” Senyum melingkar di bibirnya. monaSUNA-A terpesona. Dia langsung memegang dadanya yang tiba-tiba berdegup kencang.
Min ho menuju dapurnya yang bersih, dia mengambil wajan, pasta, dan sausnya. Tangannya sangat lihat mengolah makanan italia itu. monaSUN-A masih bediri di tempat yang sama. Matanya tak lepas dari min ho. Dia melihat setiap jengkal tubuhnya yang di balut baju handuk.
“kenapa? Duduklah! Nanti kakimu bisa kesemutan.” Senyumnya lagi-lagi dia pamerkan dengan mudah.
“tuhan..” ucap monaSUN-A pelan.
“ne…” susulnya kemudian dan dia duduk di sofa yang lebar nan empuk itu.

Di dapur min ho pun ternyata memendam rasa keterkejutan bercampur rasa bahagia.
“tuhan, dia benar-benar cantik. Kenapa kau tunjukan dia di pagi buta seperti ini? Huh…” ujarnya dengan hembus napas panjang.
Tidak perlu lama, min ho datang dengan dua piring berisi pasta.
“hemm.. harum sekali. Aku benar-benar lapar.” Wjah kelaparan monaSUN-A jelas terlihat. Min ho hanya tersenyum melihatnya.
“boleh aku makan sekarang?” tanyanya tanpanya tanpa basa-basi.
“tentu.”
“mmmmm… enak… benar-benar enak. Kau pintar memasak ya?”
“boleh aku bertanya padamu?”
“apa?” jawabnya sambil sibuk makan.
“jadi kau sudah tinggal di sini selama lima bulan.”
“iya..”
“apakah setiap hari kau mencuri makananku?”
“aku tidak mencurinya, aku hanya mengambilnya.”
“itu sama saja, dasar bodoh. Pantas setiap kali aku kelaparan tengah malam selalu tak ada apapun di lemari es.”
“aku kan lapar.”
“apa saja yang sudah kau lihat di sini?”
“semuanya, aku melihat semuanya.”
“semuanya?”
“iya, aku selalu takjub dengan tubuhmu. Heh.” Ucapnya dengan tawa kecil. Pipinya kembung penuh dengan pasta.
“APA? JADI KAUUUU?” wajahnya sangat terkejut, dan tangannya refleks melingkar di tubhnya dan menjauh dari monaSUN-A.
“hahaha… kau lucu sekali. Aku bisa melihat semuanya. orang rumahmu cuma dibatasi kaca begini. Dan lihat itu!” Tangan kanannya menunjuk lukisan kosong yang ada dihadapannya. Kemudiam membentuk garis horizontal. Mata min ho mengikuti tangan monaSUN-A. telunjuk itu akhirnya bermuara di kamar minho.
Min ho lagi-lagi terkejut..
“aku tidak percaya ini..” dia tertunduk dengan posisi sama, dan mata tertutup.

Tamat..

jika kamu baca ff ini aku berharap kalian meninggalkan jejak dengan memberi komentar. 

STOP PLAGIATOR!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar