Second Love
MinSun
FF
Main
Cast : Lee Min Ho
Koo Hye sun
Page:
oneshoot
author : dinie isnaeni
Ini
pertama kalinya aku merasa jika dunia sangat hancur. Hatiku terus menjerit
kesakitan saat pria yang kucintai mampu menampar pipiku dengan begitu keras.
Kau tahu betapa berantakannya rumahku sekarang? Bahkan hanya karena alasan aku
tidak bisa mempunyai anak. Pria itu pergi begitu saja dan menghancurkan semua
mimpi indah yang aku bangun selama ini.
Aku
terus mengusap pipi dan perutku. Dia menjotos habis pintu menuju taman samping
yang hanya berlapiskan kayu tipis dan kertas. Aku masih merintih kesakitan.
Kakiku tak kuat menopangku bangun dan berdiri. Sambil mengisak tangis, aku
tidur pasrah di atas ubin kayu yang kotor.
Anjing
peliharaan bernama Kong berjenis Golden Retriever
duduk melihatku dengan lidah menjulur keluar. Matanya yang bersinar seolah mengatakan
jika semua akan baik-baik saja.
Satu minggu berikutnya aku berdandan rapih menuju gedung kejaksaan.
Dia sudah mengirim surat cerai padaku dua hari yang lalu. Aku berjalan gontai menaiki
tangga yang cukup banyak sebelum sampai ke ruang sidang. Pengacara yang aku
sewa untuk pertama kalinya akan aku temui hari ini. Aku memilih pengacara
wanita dengan alasan jika dia akan jauh lebih mengerti apa yang aku alami. Tapi
saat aku menuggu sambil meminum kopi instan. Seorang pria bertubuh tinggi tegap
dengan paras yang sangat tampan menghapiriku dengan kalung tanda pengenal. Lee
Min ho. Pengacara Lee Min ho. Pas foto itu cukup meyakinkan aku untuk percaya
padanya. Dia memberi salam dengan senyum yang sangat indah.
“Apakah anda nyonya Koo?” Tanya dengan wajah sumringah.
Aku yang kikuk melihatnya hanya menjawab singkat, “Ye.” Kemudian dia
duduk di sampingku dan menyodorkan amplop berisi agenda sidang kali ini.
“Nyonya koo, perkenalkan saya adalah pengacara Lee. Aku di tunjuk oleh
ketua pengacara untuk mengambil alih kasusmu. Hal ini di lakukan karena
pengacara Shin ae rin sedang di rawat di rumah sakit karena kecelakaan tadi malam.
Saya sangat menyesal dengan kejadian tersebut. Saya harap kita akan memenangkan
perkara ini. Nyonya bisa lihat ini. Ini adalah...” Dia terus saja bicara
padaku, aku kebingungan dan pandanganku mulai kabur. Namun aku juga tak bisa
mengeluh pada orang di sampingku ini.
Ruangan yang tak pernah terpikirkan untuk ku masuki terlebih dengan
pria yang pernah aku cintai, kini akhirnya ku alami juga melebur dengan cinta
yang dia obral berbuah kebencian dan juga sikap arogan dan sikap kerasnya yang membuatku
hampir kehilangan nyawa.
Setelah tiga kali proses sidang akhirnya aku resmi jadi seorang janda.
Ini membuatku gila. Aku selalu menundukan kepala saat bertemu tetangga. Terlebih
ibu-ibu itu selalu bergunjing hal yang tidak benar sama sekali. Kadang ingin
rasanya aku menyumpal mulutnya yang hampir berbusa membicarakan hal yang
seharusnya tidak mereka urusi.
Kim Han ah.. dia berjalan dengan sepatu hak tinggi dan mantel tebal.
Aku sedang duduk di teras samping rumah.
“Eonni..”
Sapanya membuatku menarik nafas panjang. Dia langsung duduk di
sampingku. Cara bicara yang terlalu di buat-buat membuatku sedikit risih. Kim
Han ah adalah anak dari adik ibuku. Dia telah menikah dengan seorang
konglomerat, tapi anehnya dia slalu datang kepadaku saat dia memerlukan uang
yang sebenarnya sangat kecil untuk ukuran orang kaya seperti suaminya. Aku
tidak mau ambil pusing dengan sikapnya. Jika aku punya uang aku akan
memberikannya. Dia juga bukan tipikal orang yang jahat. Dia orang yang loyal, dan
slalu memberiku makan dan mengganti uangnya tepat waktu.
Tiba-tiba ponselku berdering. Pengacara Lee? Sahutku dalam hati. Nama
itu terus mondar mandir di layar ponselku. Kutarik warna hijau dari kiri ke
kanan.
“Ye,, yoboseo...”
“Koo agasi..”
Deg.. hatiku hampir saja berhenti berdetak. Agassi?? Apa dia sudah
gila? Bisa-bisanya dia menyebut aku agassi? Meski terasa canggung aku berusaha
tenang.
“Ye.. Tuan Lee.” Jawabku pelan.
“Bisakah kau bantu aku sekarang? Aku kebingungan.” Jelasnya dengan
suara yang tak begitu jelas terdengar.
“Ye?? Tolong bantu aku.. datanglah ke kawasan gangnam dekat Jak
coffee.. kau turun di sana. Aku mohon tolong aku!”
Aku sungguh bingung dengan suara tangis yang tiba-tiba saja terdengar.
Suara tangis pria yang baru pertama kali aku dengar dan itu membuatku
meneteskan air mata. Aku yakin jika dia sangat terluka sekarang.
“Eonni ada apa?” tanya Han ah sambil memegang pundakku. Mataku kosong
dan tanganku terus saja bergetar.
“Apa yang terjadi eonni?” Han ah terus mendesak.
“Tolong antar aku ke depan Jak Coffee di gangnam!” Jelasku sambil
meraih jaket tebal yang tergeletak begitu saja di atas lantai.
“Gangnam? Untuk apa ke sana?”
“Aku tidak punya banyak waktu untuk menjelaskan semuanya. Aku mohon
tolong aku!”
“Ne, arrasso.”
Han ah langsung membawaku ke Jak coffee dengan kecepatan mobil di atas
rata-rata. Tanganku yang kuat memegangin sabuk pengaman membuat Han ah beberapa
kali melihat keadaanku.
Cukup sepuluh menit, aku pun sampai. “Kau pulanglah! Gomawo.” Aku
menundukkan kepalaku dan langsung mencari pengacara Lee. “Kende.. eonni..!” Han
ah berusaha memanggilku namun aku terus saja berlari meuju tempat yang dimaksud
Pengacara Lee.
“Yeoboseyo, pengacara Lee kau dimana? Aku sudah di depan Jack coffee.”
“Berjalanlah ke selatan kau akan menemukan jalan menuju perumahan.
Mobilku sedan merah terparkir di depan rumah ini sekarang, setelah sampai
segeralah kau masuk ke rumah itu!”
“Ah.. ye.”
Apa yang aku lakukan sekarang? Apa aku sedang berubah jadi seorang
wonder girl berkekuatan x-man yang langsung melesat pada seseorang yang butuh
bantuan? Aku tak habis pikir mengapa aku merasa ada yang berbeda saat aku
mendengar suara pengacara Lee dan tatapan matanya membuatku tak bisa
melupakannya. Apa aku gila? Aku baru saja bercerai dan dengan mudahnya sekarang
aku menyukai seseorang? Apakah ini bisa di katakan menyukai seseorang?
Hentakkan kakiku yang berlari dengan sepatu yang tebal, akhirnya
membawaku pada rumah yang dia maksud. “Ini dia.” Ujarku dengan nafas yang
terengah-engah.
Kakiku
langsung lemas saat pintu rumah itu berhasil aku buka. Seorang anak perempuan
menangis dan ibunya tergeletak begitu saja dengan darah yang sudah mengendangi
setengah kepalanya. Bisa-bisanya aku terbawa ke situasi sekonyol ini? Aku bahkan
tidak tahu apa-apa dan tiba-tiba saja datang?
“Koo
agassi. Tolong bantu aku?” sahutnya sambil terus memeluk anak yang menangis
itu.
Aku
mulai mundur beberapa langkah, rasanya aku ingin berlari dari tempat ini. Aku
tak mau masuk kedalam masalah seperti ini. Namun saat aku melihat anak
perempuan yang menangis itu memandangiku dengan kesakitan yang terpancar dari
matanya yang masih suci. Aku segera mengurungkan niatku.
“Apa
yang kau lakukan di sana? Cepat tolong aku? Tolong gendong anak ini? Aku akan
segera membawa ibunya ke rumah sakit.”
Jeritan
anak itu membuatku lagi-lagi tertegun. Aku berjalan gontai sambil ketakutan
melihat mata wanita itu masih terbuka. Aku menelan ludah, dan dengan secepat
kilat aku memeluk erat anak itu dan membawanya keluar rumah.
Suara
serine ambulan menjerit-jerit dari luar. Anak itu kemudian memanggil ibunya
sambil merentangkan tangan kanannya.
“Eomma...
eomma...” dia terus berteriak seperti itu persis saat wanita seumuranku itu di
bawa dengan belangkar yang langsung memasuki mobil ambulan.
Tangan
pengecara Lee penuh darah, aku pikir tadi dia sempat memangku kepala wanita
itu. Dia menyuruhku masuk ke dalam mobilnya. Sebisa mungkin aku membuat anak
yang ada di pangkuanku tenang. Aku mengusap
keningnya yang sudah basah karena keringat yang sangat banyak.
Saat
anak itu tertidur kelelahan, mobil ini akhirnya sampai di rumah sakit. Dia
keluar tanpa mengatakan apapun padaku. Alhasil aku cuma duduk di dalam mobil
dengan tangan menepuk pundak anak perempuan cantik berambut panjang ini.
Ku
baringkan anak itu saat dia benar-benar sudah terlelap. Aku keluar dari mobil
dan merentangkan tanganku yang pegal. Dia berjalan menuju ke arahku.
“Kamsahamnida
Koo agassi.” Sahutnya sambil tersenyum.
“Ah
ye.. apakah wanita itu masih hidup?” Tanyaku penasaran.
“Mmm...
dia sedang mendapatkan oprasi. Kita akan menunggu sampai oprasinya selesai. Kau
tidak keberatan kan?”
“Ong?????
Ah.. ne..”
Aish..
apa yang aku katakan? Kenapa bibirku tidak mau mengatkan apa yang aku pikirkan.
Bodoh.. apa kau mau mati Hye sun? Aku memukul mulutku sambil beergerutu tak
jelas. Pengacara berbalik dan menuju pintu mobilnya.
“Ah...
cangkaman!”
Seruku
spontan saat ku lihat kemeja putihnya terdapat bercak darah yang cukup banyak.
“Ye..”
Jawabnya sambil melihat ke arahku.
Aku
menghampirinya dan tanpa permisi langsung menyentuh punggungnya. “Omona...
punggungmu berdarah. Apa kau tidak merasa kesakitan? Ayo kita pergi ke IGD
sekarang!”
“Ah..
gwencana.”
“Apa
yang kau maksudkan dengan tidak apa-apa hah??”
Dia
terkejut melihatku yang tiba-tiba membentaknya. Aku tidak peduli dia marah
padaku atau tidak, yang pasti aku menarinya untuk segera mendapat perawatan.
Aku tahu jika rasanya pasti sakit. Bagaiman tidak? Lukanya terlihat sangat
dalam bahkan darah dengan bau amis itu masih menempel di telapak tanganku.
Dia
merintih kesakitan meski suaranya tidak terdengar begitu jelas. Aku ikut
menyeringai saat cairan alkohol itu menyentuh punggungnya yang terluka.
Tak
begitu lama setelah itu dia kemudian duduk di belangkar. “Apa sekarang sudah
lebih baik?” tanyaku ragu.
“Mmm...”
Dia
bercerita jika luka itu kemungkinan besar ada akibat terhantam botol yang
melayang menuju anak perempuan yang dia dekap saat benda itu hampir saja
membunuh anak perempuan berambut panjang itu.
Banyak
hal yang dia ceritakan padaku malam ini. Ada rasa nyaman saat bersamanya, dan
dia juga memiliki sisi hangat yang baru pertama kali aku dapatkan dari seorang
pria. Dia jauh berbeda dari mantan suamiku. Dia jauh berbeda.
“Ah ya..
Setelah operasinya selasai, nanti aku antar kau pulang.”
“TIDAK!
Tidak usah. Aku bisa naik bis.”
“Bis?”
Dia melihat jam tangannya. “Ini jam setengah tiga pagi. Tidak akan ada bis.”
Jelasnya sambil mengetuk kaca jam tangan yang terlihat mahal itu.
Aku manggut
saja saat kenyataan ternyata benar adanya.
Tiga
jam berlalu dan operasi akhirnya berjalan dengan lancar. Wanita yang
mendapatkan kekerasan dari suaminya di depan pengacara Lee itu akhirnya masuk
ruang ICU karena kondisinya belum stabil.
Aku
pergi lebih dulu menuju mobil karena aku baru ingat jika ada anak kecil yang
tidur sendirian di sana.
Saat
melihat anak itu kenapa hatiku juga terluka. Ku usap lagi keningnya dan
lagi-lagi darah. Aku tak tahu dari mana darah ini berasal. Namun aku segera
membawa anak itu ke IGD. Sementara Pengacara Lee kebingungan mencariku yang
tiba-tiba saja menghilang.
“Tolong
dia!”
Ada
apa denganku? Mengapa aku baru mengechek keadaan anak itu. Pikiranku melayang.
Ilusi ku mulai membuncah dengan imajinasi yang sudah tak terbendung. “Dia baik-baik saja kan? Dokter?”
Dokter
lelaki berkacamata itu masih tak menjawab pertanyaanku. Aku hampir mati
ketakutan saat melihat anak itu lemas.
Legaku
hadir saat dokter itu tersenyum dan mengatakan jika dia baik-baik saja. Hanya
saja dia harus mendapatkan perawatan karena shock yang sangat berat.
Pengacara
Lee berlari padaku. “Apa yang terjadi? Bok Min..” Ungkapnya sambil memegang
tubuh anak perempuan itu.
“Dia
tidak apa-apa. Aku tadi khawatir karena dahinya berdarah. Jadi aku membawanya
ke sini.”
Pria
itu terlihat menarik nafas panjang dan duduk lemas di kursi dekat ranjang. “Mianhae...”
Ungkapku sambil menundukan kepala.
“Tidak
apa-apa. Terima kasih sudah membawanya ke sini.”
Pukul 06.00 KST
Pengacara
Lee mengantarku pulang. Dia meninggalkan anak dan ibu malang itu di rumah sakit
sendirian.
“Sebaiknya kau kembali! Aku bisa naik taxi.”
“Tolong
jangan membuat suasana jadi tambah rumit!”
Apa??
Rumit?? Dia bilang jangan membuat suasana semakin rumit? Dia yang membawaku
pada situasi rumit ini sebenarnya siapa? hah? dia benar-benar menggelikan. Aku marah
padanya dan memalingkan padanganku. Aku tak bicara apa-apa lagi dan hanya diam
menunggu mobil ini berhenti di depan rumahku.
“Mianhae...”
Ucapannya
seketika membuatku melihat wajahnya lagi. Dia membating stirnya dan merapat ke
badan jalan. Tuas rem di injak mendadak dan membuatku terpental ke depan. “Opp..”
mataku berkedip kaget.
“Apa
kau baik-baik saja?” tanganku mendekat ke ujung rambutnya. Belum sampai
mengelusnya saat dia menundukan kepalanya ke atas stir. Tanganku menjauh lagi
namun tiba-tiba dia bangun dan menarik tanganku dan mendekapku.
Mataku
membulat. Apa yang di pikirkan pria ini? Berani-beraninya dia memelukku. Aku menolak
pelukan itu dan mencoba melepaskannya namun, dia terus memperkuat pelukannya. Setelah
aku tenang dan diam. Aku merasakan jika dadanya naik turun, dan ada air yang
mengalir ke pundakku.
“Maafkan
aku karena sudah membawamu ke situasi seperti ini. Aku sangat bingung karena
aku tidak tahu harus meminta tolong pada siapa lagi. Aku takut jika kakakku
akan semakin terluka.”
Isakan
yang terdengar berat itu terus memecah pagi yang segera datang dengan dingin
yang semakin menusuk ke tulang. Ku tempelkan tanganku ke pungungnya dan ku
tepuk pelan hingga dia merasa tenang.
Aku
tidak tahu mengapa hal ini bisa terjadi padaku? Apakan ini takdir atau
kebetulan aku tidak tahu persis. Namun saat memeluknya aku merasa keluar dari
kehidupan sebelumnya dan menjadi orang yang kembali lahir. Bahkan saat
seseorang seperti dia memanggilku agassi, itu membuatku mempunyai jiwa baru
yang keluar dari setiap pancaran mataku. Mencuci bersish darah limpa yang
seharusnya memang di buang.
Kemudian
setelah ini aku berdoa jika tuhan memberikan kesepatan kedua padaku untuk
mencintai seseorang.
-TAMAT-
Ayo yang udah baca klik kotak komentarnya.. bagus engganya ni ff tergantung padamu readers.. aku butuh msukannya. Dan seberapa banyak komentar kalian akan menetukan apakah FF "second love" bakalan ada lanjutannya ato engga.
so makasih banyak.. jangan lupa buat terus mamapir ke blog ku ^^
anneyoung...
BalasHapus1st comment ya..
kasihan sama nasib Hye sun disini,hidupnya juga rumit dan sulit..terus Min ho sendiri ternyata punya cerita kelam juga tentang keluarganya,
dilanjutin dong..mau tau perjalan mereka kedepannya gimana,Hye sun harus bahagia agar bisa mengubur masa lalunya yang perih,dan mungkin si pengobat luka hatinya yah pengacara Lee.. ^^
wow you are the 1st hehehe big thx dear! ^_^
Hapusff nya udah di lanjut masih dengan judul yang sama.. silahkan dichek ya!! aku tunggu kritik dan sarannya. (^_<)/
anneyoung....
BalasHapusnice story..... tolong dilanjutin ya?? hrs happy ending lho.... jgn sampe sad ending "-". endingnya hye sun hrs nikah ama minho trs ceritain jg gmn anak2nya. good job
annyeong ^^
Hapusthx dear..
yup.. ff ini udah aku lanjutin ko.. So.. please chek it and share your coment again. hehehe.. aku juga berpikir akan membuat mereka bahagia.. amin ^^ tp tunggu aja deh kelanjutannya..
Ayo dong lanjutin lagi! Aq suka banget sama nih FF..please..
BalasHapusHuooooooo, suka thooor, mana-mana lanjutannya . . ???
BalasHapus