Aku tidak pernah menyangka jika cinta akan
datang dengan begitu cepat memanah hati ini. Aku tidak yakin saat mata
ini pertama kali melihatnya. Namun, aku tidak bisa mengelak saat aku tak
bisa melepaskan perasaan ini meski pandanganku seolah bicara jika aku
tidak mengenalnya.
Aku tak paham jika ini sebuah sinetron atau memang benar-benar panggung hidupku. Aku berjalan beriringan pada jarak yang jauh namun aku masih bisa melihatnya. Aku memalingkan wajahku saat hatiku benar-benar berdegup kencang. Lihat! Baju biru itu masih terngiang di pikiranku saat dewi asmara mulai menarik busurnya dan memanahkan cinta tepat ke ulu hati ini.
Sudah hampir dua tahun aku menjadi bayangan. Banyangan yang dia ketahui namun tak bisa dia lihat dengan jelas.
“ :)”
Satu tanda yang mengawali semua mimpiku menjadi lebih nyata. Dunia maya yang ku anggap sebagai jalan pintasku menjadi mata-mata, kini malah menjadi jembatanku memulai bercengkrama dengannya. 08:40 AM aku sangat menyukai angka itu, angka dimana aku dan dia saling bicara dalam sebuah chat room.
Ini bukan awal mulus mengurusi kisahku. Namun ini adalah jurang pertama yang aku temui. Bagai sebuah bunga mawar, saat aku berani mencium wanginya yang harum dan melihat bentuknya yang cantik, aku juga harus berani untuk terluka tertusuk duri dari tangkai yang hanya bisa ku pegang tak sampai kelopaknya. Memang benar jika cinta adalah sebuah penatian bagi mereka yang tak bisa mengungkapkan perasaannya. Tapi menjadi bayangan bukan hal yang mudah. Rasa lelah kadang menghampiri hingga aku berpikir kapan aku akan menginggalkan perasaan ini. Sahabatku berkata “jika semua orang berhak mencintai siapapun”, dan aku akan bertahan sampai aku kehabisan alasan untuk tetap bertahan menjadi bayangannya. Satu hal yang belum bisa aku wujudkan, yaitu pintanya untuk bertemu denganku, karena aku takut ia menjauh dan menghilang dariku.
Aku tak paham jika ini sebuah sinetron atau memang benar-benar panggung hidupku. Aku berjalan beriringan pada jarak yang jauh namun aku masih bisa melihatnya. Aku memalingkan wajahku saat hatiku benar-benar berdegup kencang. Lihat! Baju biru itu masih terngiang di pikiranku saat dewi asmara mulai menarik busurnya dan memanahkan cinta tepat ke ulu hati ini.
Sudah hampir dua tahun aku menjadi bayangan. Banyangan yang dia ketahui namun tak bisa dia lihat dengan jelas.
“ :)”
Satu tanda yang mengawali semua mimpiku menjadi lebih nyata. Dunia maya yang ku anggap sebagai jalan pintasku menjadi mata-mata, kini malah menjadi jembatanku memulai bercengkrama dengannya. 08:40 AM aku sangat menyukai angka itu, angka dimana aku dan dia saling bicara dalam sebuah chat room.
Ini bukan awal mulus mengurusi kisahku. Namun ini adalah jurang pertama yang aku temui. Bagai sebuah bunga mawar, saat aku berani mencium wanginya yang harum dan melihat bentuknya yang cantik, aku juga harus berani untuk terluka tertusuk duri dari tangkai yang hanya bisa ku pegang tak sampai kelopaknya. Memang benar jika cinta adalah sebuah penatian bagi mereka yang tak bisa mengungkapkan perasaannya. Tapi menjadi bayangan bukan hal yang mudah. Rasa lelah kadang menghampiri hingga aku berpikir kapan aku akan menginggalkan perasaan ini. Sahabatku berkata “jika semua orang berhak mencintai siapapun”, dan aku akan bertahan sampai aku kehabisan alasan untuk tetap bertahan menjadi bayangannya. Satu hal yang belum bisa aku wujudkan, yaitu pintanya untuk bertemu denganku, karena aku takut ia menjauh dan menghilang dariku.
good story dear
BalasHapus