Pusi ini aku persembahkan untuk mamah tercinta. Walau tak akan pernah akan ada yang mampu mendeskripsikan seperti apa engkau, namun aku tahu jika mamah lebih cantik dari bunga, lebih manis dari madu, lebih bersinar dari bulan dan bintang, lebih hangat dari mentari, dan lebih menyejukan dari pada hujan dan embun pagi. Namun perkenankanlah aku mempersembahkan sekapur sirih rasaku lewat puisi ini.
BUNGAKU
Dinie Isnaeni
Seperti untaian yang kan indah dirangkai atau diletakan saja
Yang kan membuat harum meski mulai layu
Yang kan indah meski kuncupnya masih ditutupi kelopak
Bibir merona merah ranum meski beranjak tua
Rambut memutih dengan keriput dimana-mana
Seperti bunga bagaimanapun ia
Tetap saja cantik dan harum
Jika hembus nafas adalah bagian terpenting
Jika cinta adalah bagian paling mutakhir
Kebenaran tentang ketulusan adalah milik bunga yang tak
pernah layu
Yang terbaring dan bangun dalam doa
Bunga yang cantik biar kusampaikan sesuatu padamu
Harap diingat
Harap dijamah
Harap dipatri
Karena ini bagai darah yang kan mengalir dalam setiap
tubuhku
Yang kan tetap berdenyut meski putus nadiku
Pernah suatu hari aku berpikir jika bunga juga akan layu
Tak indah
Tak wangi
Tak berarti lagi...
Namun aku salah..
Kau adalah bagian terindah yang pernah ada yang meski mati
atau layu akan tetap sama dalam deskripsi