Minggu, 26 Februari 2012

FD/Part 12/ Ending/FFMinSunStory (by:: dinie isnaeni / leedine)


FD / 12 / ff Minsun
Main cast :: lee min ho
                     goo hye sun
                     kim hyun joong.

Genre:: Romance..

Annyeong haseyo…
Setelah sekian lama tidak melanjutkan ff yang berjudul FD, akhirnya aku memutuskan untuk menuntaskan ceritanya yang masih “gantung”.. kekekekeke… semoga para pembacaku masih setia.. #lirik kanan kiri.. :) 
Sebelumnya aku bakalan ngingetin lagi nih jalan cerita FF ini kaya apa. Atau bagi kalian yang ingin membaca seutuhnya silahkan ubek2 saja note fb saya… :)

part sebelumnya::
Sun adalah seorang mahasiswa yang memiliki dua kemampuan yakni menari dan menjadi seorang MC. Dia menjadi ketua di dua kelompok tersebut.. (UKM) mirip kya gt deh…
Sun dan min ho adalah teman satu kelompok presenter dan ternyata Sun naksir berat sama Min ho…. Pada saat pulang dari pesta sala satu temannya yang bernama Jung Min. Sun mengetahui jika Min ho juga menyukainya. Meski pada awalnya Sun berpikir jika Min ho menjalin hubungan dengan Min jung. Dan saat itu pula seorang pria yang bernapa Hyun datang ke dalam hidup Sun, ketika kebahagian baru saja di dapat.
Hyun, dia adalah teman sekaligus cinta pertama Sun saat kecil. Mereka pernah berjanji untuk hidup bersama dengan lingkar janji tangan anak kecil yang masih polos. Namun Hyun yang hilang begitu saja membuat Sun kecewa dan perlahan melupakannya.
Perjalanan cinta Sun dan Min ho tak semulus jalan tol loh…. Ternyata pada saat Min ho akan melamar Sun dan meminta ijin pada Ayah Sun, di sana juga sudah ada Hyun yang menghadap Ayah Sun lebih cepat. Singkat cerita Ayah Sun tidak memberi restu pada rencana pernikahan Min ho dan Sun. Dia malah memaksa Sun menikah dengan Hyun dengan alasan hubungan keluarga dan pekerjaan kedua belah pihak.
Sun tak terima dan mengacuhkan Hyun setiap hari. Kekesalannya dia luapkan pada tari. Dia tidak henti-hentinya menari setiap hari hingga suatu hari, dia benar-benar tumbang dan di bawa ke rumah sakit oleh Hyun (joongie).

Bagaimana??? Sudah ingat?? Kalo masih ga ingat.. author ngambek nihh.. :D hahahhaha ga deng.. becanda. ^_^ atauuu... lebih jelasnya silahkan cari ff ini di note fb ku.

Yukss…. Ah.. dari pada banyak cingcong kita lanjutkan saja!! Setuju!! >>>>>>>>>>>> CEKIDOOTTttt…..


 PART 12

Aku masih tidak mengerti dengan maksud joongie yang membiarkan aku terus saja bertemu dengan min ho dua hari berturut-turut. Setelah kejadian aku pingsan tempo hari, joongie terlihat berbeda. Dia yang slalu ada untukku dan menguntitku, bahkan kini tak terlihat batang hidungnya lagi. Membuat khawatir saja. Aku dan min ho sedang asyik membaca majalah seraya minum teh hangat yang manis itu.. aku masih tersenyum saat min ho membuka lembar demi lembar majalah fashion yang di belinya tadi siang.

“Bagaimana dengan yang ini?” tunjuknya pada satu model baju dengan jas warna putih berpolet hitam melingkar dari bahu ke bawah.
“Aku kira ini cukup bagus saat di pakai untuk pernikahan kita nanti. Menurutmu Sun?” Min ho menoleh ke arahku yang bengong sendiri melamunkan jonggie.
“Hey… kau melamun ya?” Sahutnya sambil melambaikan tangannya ke arah mataku. Aku tersentak dan hanya tersenyum kikuk.
“Ah ne.. tapi menurutku yang ini jauh lebih bagus. Ya.. yang ini.. hahahaaaa” tawaku terdengar aneh dan min ho hanya menjawab. Ah ne… sambil mengacak-acak rambutku.

Siang pun beranjak pulang. Matahari yang lelah bertenggerpun tenggelam dalam awan yang berubah kehitaman. Min ho mengajakku untuk duduk di meja makan. Dia akan membuatkanku roti panggang dengan selai kacang. Aku hanya bisa nurut di buatnya. Dia terlalu indah untuk di sia-siakan, hingga pandanganku tak bisa lepas darinya.
Setelah menyajikannya di atas piring, tiba-tiba dia mengecup kilat pipiku. Sontak aku terkaget. Dia hanya bisa cengar-cengir melihat wajahku yang merah ranum.
“Ya… apa yang kau lakukan..”
“Kenapa kau begitu galak? Apa aku salah?”
“Ne!!”
“Salah apa?”
“Salah… karena hanya menciumku satu kali saja.”
“Hahahaha dasar otak mesum.” Min ho menimpanya dengan lelucon. Dan membuat mereka tertawa lebar.

***
Joongie masih sibuk di kantor dia terus saja membuka internet bukan sekedar daring (dalam jaringan (OL)).
Joongie membuka kaca mata yang di pakainya dan memijat bagian hidung dekat matanya. dia seolah terlihat sangat stress.
Matanya beranjak dari komputer menuju jam tangan bermerek yang bertengger di tangan kanannya. Jarum jam menujukan pukul sepuluh malam. Dia bergegas pulang, tangannya cekatan mengambil jas yang di letakan di badan kursi kerja.
Dia tancap gas dan langsung menuju rumah Sun.
Setelah kejadian Sun pingsan keluarga amat cemas dengan kondisi kesehatan Sun yang berubah memburuk. Dan keputusan pun di ambil, joongie di berikan kepercayaan untuk tinggal bersama dengan Sun. Namun karena pekerjaannya yang sangat banyak dia tidak bisa selalu bersama Sun. Dengan berat hati joongie memberikan kesempatan pada min ho untuk menemani Sun.

***
Min ho duduk di sofa dan Sun berbaring di pangkuannya. Pemandangan yang sangat romatis. Namun joongie tidak merasa jika itu tontonan yang baik. Dia urung masuk dan akhirnya pergi ke luar.

Sun terbangun dari tidurnya. Membuat Min ho juga ikut terbangun.
“Sudah hampir jam setengah sebelas malam. Sebaiknya kau pulang saja. Biar aku sendiri saja. Joongie sebentar lagi juga pulang.”
“Biar aku yang meneleponya.” Min ho memberi tawaran.
“Gwencana! Biar nanti aku saja yang menghubunginya :) pulanglah!”
Min ho menganggukkan kepalanya, kemudian mengelus pipiku dan berpamitan pulang.

*

Sementara itu joongie pergi dengan mobilnya menelusuri setiap jalanan dengan kemeja yang telah lepas dari dasi. Tangannya sibuk memegang stir namun beberapa kali dia juga terlihat mengelus dagu dan bibirnya.

*

Aku menunggu joongie di ruang tengah. Setelah lima belas menit berlalu, akhirnya aku mendengar seseorang membuka pintu rumah. Suara khas keluar saat kunci pintu terbuka. Aku langsung bangkit dari tempat duduk. Senyum yang tak pernah tersaji ini pun tiba-tiba ingin ku berikan padanya.
“Kau belum tidur?” tanyanya singkat seusai membuka sepatu.
“Ani.” Timpaku cepat.
Dia langsung pergi ke kamar dan tidak menghiraukan aku. Aku kecewa padanya. Rasanya seperti orang bodoh yang di acukan.
Aku mendengar suara shower dari kamar mandinya. Dan kini aku hanya diam saja di sofa. Berharap setelah dia selesai mandi, dia mengahampiriku di sini.
Cukup lama, bahkan mandiku tak selama ini. Menyebalkan. Saat aku akan pergi ke kamar tidur dia keluar dengan piama kotak-kotaknya menuju dapur.
Aku berhenti melangkah dan menawarkan jasaku.
“apa kau haus?? Biar aku bawakan ya!”
“tidak usah aku bisa sendiri. tidurlah!! Oh ya… besok aku ada perjalanan bisnis ke luar kota. Jadi aku ijinkan kau bersama min ho lagi. Tapi ingat jangan sampai ketahuan ayah!”
“lagi?” tanyaku heran.
“Weyo? Kau tidak mau?”
“aniya… bukan begitu tapi kenapa tiba-tiba kau begini?”
“aku juga tidak akan memberi min ho kesempatan jika keadaanya tidak seperti ini. Dan jangan lupa lusa kau minta min ho mengantarmu kontrol ke rumah sakit.”
“berapa lama kau akan pergi. Aku belum tahu, jangan menungguku lagi seperti ini! Arrasso.????”
Aku hanya diam saat dia berjalan menuju dapur. Mengambil secangkir air minum dan meneguknya hingga tandas.

***
Pagi ini aku sibuk membuatkan sarapan untuk joongie yang akan pergi.
“apakah kau yakin tidak ada yang tertinggal?”
“tidak. Semuanya sudah cukup.”
“kenapa bawaannya sedikit sekali? Bahkan kau tidak membawa koper?”
“jika bajuku tak cukup aku bisa membelinya di toko. Tidak usah khawatir.”
“tapi itu pemborosan.” Gerutuku saat menyajikan kopi untuknya.
“sejak kapan kau secerewet ini padaku? Aku tidak menyukainya. Jadi jangan pernah seperti ini lagi.”
Aku sangat sebal padanya. Dia selalu bicara aku tidak suka kau begini, aku tidak suka kau begitu. Apa-apan itu, menyebalkan sekali siapa dia heh?

Dia masuk ke dalam mobil tanpa sepatah apa pun lagi, bahkan dia amat enggan melambaikan tangannya padaku. Dasar odong-odong.. nyebelinn.. teriakku saat mobil itu sudah cukup jauh.

Ah… tapi entah kenapa rasanya sangat bebas.. aku bisa juga hidup tanpa dia di sini. Aku bosan dengan semuanya. bagaimana jika sekarang aku menelepon min ho saja? Pikirku pun langsung melayang. Fantasiku naik begitu saja. Rencana telah aku susun cepat dengan sedemikian rupa agar aku bisa pergi jalan-jalan bersama min ho. Tanganku amat lihai mengetik pesan singkat padanya. Ada tanda hati yang terselip di bagian teks itu, setelah kata aku mencintamu. Aku tertawa sendiri. Bergidik geli meihat kata-kataku yang mirip anak sekolah menengah. Aku segera bersiap saat min ho mengiyakan untuk pergi bersama hari ini.

Aku dan min ho pergi bermain-main di taman hiburan dan juga pasar. Kami saling tertawa bersama. Setelah puas menjelajah berbagai wahana yang ada. Aku dan min ho pergi ke pasar tradisional untuk membeli makan malam. Semangkuk mie dan kimchi menjadi pilihan. Dia banyak bercerita tentang masa-masa sekolahnya dulu dan dia ternyata juga sangat lucu. Bahkan aku tidak menyangka jika dia pernah juara olimpiade matematika. Saat dia mengatakan aku pernah mendapat nilai sempurna pada mata pelajaran matematika dua tahun berturut-turut refleks tanganku bertepuk keras dengan wajah penuh kekaguman. Yang paling aku suka saat dia di kerjai teman sekelasnya. Saat pelajaran bahasa korea dia malah tertidur dan lupa jika waktu pelajaran sudah habis. Wajahnya di jadikan boneka oleh mereka yang tak bertanggung jawab. Di coreti sampai mirip badut. Lagi-lagi dia mengejutkan ku. Tanpa ku duga min ho menunjukkan fotonya yang di ambil temannya itu. aku benar-benar tak percaya jika itu benar-benar terjadi. Aku hampir gila di buatnya, perutku sudah sangat sakit. Tertawa tak henti melihat foto itu.
“ini kenang-kenangan ku. Ingat jangan beritahu pada orang lain. Nanti imej ku bisa hancur.” Serunya dengan wajah meyakinkan. Bukannya aku berkata iya aku malah tertawa melihat kelakuannya.
“ya kenapa kau tidak menjawab ku?”
“kau ini sangat aneh. Kau bilang jangan mengatakannya kepada orang lain, tapi kau sendiri yang menceritakannya pada orang lain. Kau ini aneh sekali.”  
“kau bukan orang lain bagiku. Jadi berhenti tertawa. Tapi ngomong-ngomong aku cukup lumayan bukan dengan sedikit riasan di wajah dan lipstik merah di bibir?” Matanya bergeliat manja. Melihat seduktif padaku. Benar-benar menggelikan.
“mo…mwo..????? hahahhahahaha…. Ya bahkan kau terlihat lebih cantik dariku.” Tungkasku seketika.
“ya… benar sekali.. aku pria yang terlihat cukup cantik. Pegang ini!!” tangannya meraih tanganku dan meletakannya di pipinya. “kau tahu? Meski wajahku terlihat maskulin tapi pipiku sangat lembut. Pegang ini! Aku tidak salah bukan?” dia sangat yakin dengan ucapannya. Dan aku hanya mengelusnya pelan dan ternyata benar pipinya cukup lembut seukuran pria. “lebih lembut punyaku.” Celotehku. “ya.. tentu saja. Kau kan perempuan.” Min ho yang bicara dengan monyong itu masih saja membandingkan pipinya dengan pipiku. Aku hanya bisa tertawa di buatnya.

*
Joongie memarkirkan mobilnya di tempat parkir lantai lima. Bukan sebuah perkantoran bisnis. Karena beberapa orang terlihat berjalan ke sana kemari dengan setelan jas putih (dokter) dan juga baju para suster.
Dia masuk ke dalam mobil sambil membawa sebuah berkas dengan amplop berwarna putih. Meletakannya di samping jok kemudi. Joongie diam saja sampai dia chek in di sebuah hotel berbintang. Memasuki kamar dengan nomor 3452.  Segera duduk di sofa sambil menuangkan wine. Meneguknya hingga benar-benar tandas. Satu botol habis tak bersisa.
Matanya berkunang. Pikirannya buyar. Sekarang dia berjalan menuju kamar mandi. Menyalakan shower. Air-air itu terjun dari balik gagang yang tinggal di atap. Turun mirip air hujan. Tubuhnya masih di balut dengan kemeja putih. Duduk di sana hingga ia basah kuyup seutuhnya. Matanya memerah, air mata itu jatuh beriringan dengan air yang juga jatuh dari sana. Wajah frustasi dengan jiwa menahan nafsu. Dia berteriak kecil di balik tangis. Merengkuh tubuh kekarnya hingga mengusap wajahnya.

*
Keesokan harinya aku mendapatkan sebuah pesan singkat dari joongie.
Pergilah ke rumah sakit segara! Bukankah kau ingin cepat pulih?”
Aku memajukan bibirku. “Dia itu sangat cerewet. Aku tidak apa-apa juga. asalkan ada min ho di sisiku. Aku akan baik-baik saja.” gumamku pelan. Ku balas pesannya. “ne..”
Suara klakson mobil terdengar dari luar rumah.
Aku membuka gordeng jendela beranda. Min ho melambaikan tangannya dari sana, dan aku membalasnya.
Segara aku turun. Memberinya senyuman dan dia juga sama.
“apa kau sudah siap?”
“mmm…” anggukku.
“oke!! Sun-a…. kaja!” kepalanya miring sedikit dengan tangan membuka pintu mobil untukku.
“ne… kamsahamnida..” ujarku bak seorang putri raja.

@Rumah sakit.
Aku masuk ke dalam ruang laboratorium. Mengechek semuanya.
Dan hasilnya sudah di dapat. Segera aku berjalan menuju ruang dokter. Min ho mendampiku. Semuanya masih terlihat baik-baik saja, dan tak terlihat kejanggalan apapun.
“Selamat siang dok.” Sapaku dan min ho.
“ne, selamat siang.” Jawabnya ramah. Dia mempersilahkan kami duduk, dan aku memberikan hasil lab. Itu pada dokter.  
“Dari hasil pemeriksaan dulu dan sekarang. Aku akan menjelaskan jika kau harus segera di oprasi. Ada yang tidak beres di bagian tulang belakangmu. Apa kau sering menari?”
“ye..”
“Baiklah, ini hanya oprasi kecil. Jika kau siap, besok kita akan melaksanakan oprasinya bagaimana?”
“Apakah aku masih tetap bisa menari setelah oprasi nanti??”
“tentu ^^”
“baiklah dok. “ jawabku yakin.

*Keesokan Harinya…..
“apa kau baik-baik saja Sun?” tanya min ho cemas saat aku di arak ke ruang oprasi dengan belangkar dan baju hijau khas.
“Ne.. aku baik-baik saja.”
“berdoalah! Aku akan menunggumu sampai semuanya benar-benar selesai.”
“ne.” ujarku pelan.
Aku di bawa ke dalam. Susana yang sangat aneh unntukku.  Baru kali ini aku merasakannya. Sedikit mencekam memang tapi, dokter yang ada di sana mencoba menenangkan aku. Mereka mengajakku berbicara ini itu agar aku merasa tenang. Seorang suster datang dan berdiri di sampingku. Dia berbicara, “aku akan membiusmu. Ini tidak akan sakit. Kau tenang saja.” aku hanya bisa mengangguk saat jarum suntik itu menyentuh kulitku. Seperti di gigit semut.
 Perhalan obat itu bereaksi, pandanganku mulai kabur. Para dokter sudah siap berdiri di tempat masing-masing. Mataku buka tutup seperti orang yang amat mengantuk. Ada seorang perawat di sebelah kiriku dia membuka tirai yang ternyata isinya berbagai perkakas alat oprasi yang membuatku sangat shock. Tapi saat lampu di atas sana menyala aku lupa akan semuanya dan tertidur begitu saja.
Sekitar tiga sampai empat jam oprasi pun berjalan lancar. Aku masih tertidur dan tak tahu apa-apa. Hari ke dua setelah operasi aku baru bisa bangun karena pengaruh bius total yang aku pakai. Mataku membuka perlahan. Samar namun kemudian terlihat jelas meski kepalaku masih terasa sangat pusing. Aku bahagia saat melihat ayah juga min ho ada di sampingku. Bahkan ayah langsung menangis dan memelukku saat mendapataku siuman.
Aku mencari joongie di sana. Tapi ternyata tidak ada. Kekecewaan tak ingin aku perlihatkan pada mereka yang sudah mendapingiku sampai aku kembali membuka mata. Meski sulit aku berusaha untuk melingkarkan bibirku membuat senyuman kecil untuk mereka.

Dua hari kemudian aku berangsur pulih dan mulai bisa kembali beraktifitas. Mulai menggerakan kakiku dengan berjalan-jalan kecil di dampingi min ho. Sampai aku merasa lelah aku pun pergi beristirahat kembali. Ayah datang saat min ho berada bersamaku. Aku sedikit merasa aneh saat ayah tak memarahi dan mengusir min ho dari sini.
Ayah memberikanku sepucuk surat yang di tulis dari kertas serat kayu berwarna cokelat. Aku menatap matanya dan dia hanya berkata. “Bacalah!! Dan segera pulih.” Ayah berpamitan karena masih ada rapat dengan rekan bisnisnya. Aku mengagguk setelah dia mengecup dahiku.
Penasaranku pun tibul saat melihat kertas itu. Membuka lipatannya yang tertata rapih.

Untuk Sun…
Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Bahkan aku bingung harus berkata apa padamu. Aku terlalu jahat untuk mengucapkan kata maaf padamu. Aku pria yang jahat karena telah meninggalkanmu juga mengingkari janji kecil kita. Ini sangat lucu. Bahkan kita sudah berpikir untuk menikah saat masih berumur lima tahun.
Sun. aku tidak berharap kau mencitaiku seperti yang dulu. Aku hanya berharap kau mengingatku samapai kau mati. Mungkin saat kau membaca ini aku sudah berada di langit, melihat kebahagianmu dengan min ho.
Sun, menikahlah dengan min ho! Aku akan mendoakanmu dari sini. Jangan pernah menungguku lagi.
Maafkan aku.
Joongie.

Air mataku menetes begitu saja saat membaca suratnya. Aku masih tidak paham apa maksudnya. Tapi kemudian selembar surat tertempel di belakangnya. Sebuah surat keterangan pendonoran jantung. Untuk Sun dari joongie. Tanggal, hari, dan tempat yang sama saat aku di oprasi. Tanganku bergetar seketika.
Min ho masuk kedalam dan berkata.
“maafkan aku Sun! aku tidak pernah berusaha membohongimu. Tapi ini adalah hal yang sangat… Sebenarnya kau mengalami gangguan jantung sehingga kau harus segera di oprasi. Dan yang mendonorkan jantungnya untukmu adalah joongie. Dia berpesan padaku agar aku tidak mengatakannya padamu sampai semuanya benar-benar telah berakhir.”
“Bukankah dokter bilang ini hanya oprasi kecil dan gangguan di bagian tulang belakang?”
“ani… semuanya hanya rekayasa. Joongie yang meminta semuanya.”
“kenapa dia? WEYOOO.” Aku menjerit keras. Min ho mendekat dan berusaha menenangkanku. Dan menepuk pelan punggunggungku. Aku masih menangis tersedu menapaki rasa tak percaya dan lara yang bergelayut dalam dada. Aku memang tak lagi mencintainya seperti dulu. Tapi ini bukanlah cara yang benar.

HYUN (JOONGIE POV) @rumah sakit   (Bayangkan kata-kata ini ada saat min ho memeluk Sun.)
“Saat ini aku merasa jika aku sangat tegang. Aku tidak tahu, apakah kau juga merasakan hal yang sama denganku? Meski begitu aku jauh merasa lega saat aku tahu kau berada di sampingku. Kita sama-sama terbaring di sini. Hingga suatu hari nanti kita dapat bertemu lagi di tempat yang berbeda.  Aku berharap dalam kehidupan nanti kau menjadi milikku. Aku bahagia telah mencintaimu. Aku bahagia telah mengenalmu. Maafkan aku yang pergi tanpa pamit padamu dulu. Aku sebenarnya pergi bersama ayahku ke amerika, saat mereka berpisah. Kau tahu?? seumur hidupku aku tak pernah menyukai siapapun selain dirimu. Aku tidak pernah mau berkencan dengan siapapun karena aku tahu jika kau menungguku di sana. Ini adalah sebuah permintaan maafku untukmu yang sudah menelentarkanmu hingga kau murka padaku. Aku mencintaimu Sun… sangat mencintaimu.”

………..THE END…….